Terima Kasih , Anda telah mengunjungi blog saya.

Thank you so much to have you here.
It is about my novels, notes, comments of something, features, short stories and pictures.

Also my products, Furoshiki and Yukata (summer kimono).

Please leave your comments.... thank you
Enjoy it....



Jumat, 16 Juli 2010

Obat sakit kepala=Pil KB

Social campaign
Riset di Serpong untuk Tim Kommas FIS UI di tahun 1978 punya pengalaman menarik. Ada kenangan ‘menggelitik’ bagaimana Social Campaign yang dirancang apik di tingkat departemen pemerintahan di Jakarta harus dilaksana kan di lokasi. Harus ada ’akrobat’ dari tim pelak sana di lapangan. Apalagi yang tak faham budaya local.

Saat itu, yang jadi ‘pesan kampanye’ yang dilaksana kan adalah penggunaan pil KB dan ‘kesehatan ling kungan’

Salah satu pelaksana penyuluh adalah para mahasiswa FKUI yang kebetulan telah berbulan bulan bertu gas di Puskesmas, sebagai pembantu dokter, di sekitar Serpong, termasuk di Babakan.

Aku, Tina dan Linda Wahyudi, yang anggota tim Babakan sekali lagi mengikuti bu paraji , mengunjungi seorang pasiennya, yang belum seminggu melahirkan.

Jalan menuju rumah wanita itu tak mudah untuk ukuran kami. Jalan berlumpur, tanah liat lempung merah, lengket dan mem berati langkah dan di sepatu kami. Kemudian melalui pematang sawah, beberapa bukit kecil, dan tanggul. Tapi tidak masalah bagi bu paraji. Dia berjalan sangat cepat dan lincah. Padahal, terlihat jelas usia nya mungkin sudah lebih dari 50 tahun!

Rumah yang kami datangi khas rumah di desa Serpong waktu itu. Ukuran kecil saja, berdinding anyam an bamboo, atap genteng dan lantai tanah.

Jendela Rumah kita!
Wanita yang kami kunjungi sedang menyusui bayinya di dalam ruang satu-satu nya di rumahnya. Putrinya yang ke tiga, yang baru lahir, masih dibedong (dibalut kuat) dengan kain batik.

Dia duduk dekat ayunan yang bergantung dengan seutas tali yang diikatkan di bamboo yang melintang di atap rumah. Di ayunan kain batik itu tidur nyeyak seorang bayi lainnya, mungkin belum berusia dua tahun. Itu putra keduanya.

Wanita itu masih sangat muda, malah mengaku pada kami usianya belum delapan belas tahun. Putra pertamanya sedang rewel, pilek. Saat itu berbaring di bale-bale dengan ayahnya. Seorang pria muda, petani penggarap sawah di desa itu.

Saat kami datang, dua mahasiswa FKUI sedang berada di sana. Nama mereka berdua , aku lupa! Rupanya sedang meme riksa anak yang sakit.Kami berkenalan dengan mereka, dan saling tukar informasi soal kondisi desa Babakan.

Mereka dalam missi yang kurang lebih sama. Memberikan penyuluhan pada penduduk agar hi dup sehat. Misalnya, bagai mana merawat lingkung an rumah agar nyaman dan sehat.Contohnya agar udara segar dan sinar matahari masuk ke dalam rumah, jendela harus dibuka!

Aku tanya sama kedua mahasiswa itu, bagaimana Hasilnya? Sukses?
Mereka berdua menggeleng, tertawa kecut. Malah bilang pada kami. “Anak FIS bantuin dong!”
Lho? “Kenapa? Emang kalian nggak sanggup?” aku balik bertanya.

“Itu anak yang sakit jadi korban ‘kampanye rumah sehat’ kita” jawab salah satu dari mereka.
“ Anak ini pilek, masuk angin, batuk, karena ayah nya sangat patuh dengan anjuran kita. Jendela ru mah dibuka, tidak ditutup lagi kalau malam!” jelas yang lainnya. Wow….!!!

Berhubung se-almamater, aku nggak berani mentertawakan mereka! Senyum2 aja! Mau bilang apa coba? Bego? Mereka kan calon dokter!

Dokter Ilmu Sosial
Bagi warga desa di Babakan, para mahasiswa kedokteran itu sudah jadi dokter betulan. Mereka dipanggil juga Pak Dokter! Atau Bu dokter. Kita mahasiswa FIS UI juga di panggil Bu Dokter!
Ada cerita dari Benny Pangemanan (Adm Niaga’ 72??) yang KKN bareng mahasiswa FK dan meng inap di Puskesmas, dia dipaksa penduduk untuk mengobati mereka juga. Karena bingung, dia kasih vitamin aja!

Bagi penduduk, para mahasiswa itu panutan. Jadi, apa yang dianjurkan mereka pasti dituruti.
Masalahnya adalah kalau ‘pesan iklan’ nya jendela tidak ditutup, mereka tentu saja tidak menutupnya meski malam tiba!

Jadi ‘message’ harus dike mas sesuai dengan ‘frame of reference’ local. Komplit dengan sisdur (sistim dan prosedur).

Obat sakit kepala.
Bagaimana dengan ‘pesan iklan’ mereka ten tang pil KB. Kasus ya sama. Kesuksesan yang tertunda.
Ada kepatuhan, tapi tidak sesuai sisdur tadi.

Yang diterima audience, para akseptor KB adalah pil harus KB diminum. Itu tandanya peserta KB, dan mengambilnya setiap bulan di Puskesmas atau petugas penyuluhan.
Pengertian itu diterapkan di rumah secara spesifik.

Aku jadi penasaran dengan ibu muda yang baru melahirkan itu.
Apa kah dia akseptor KB juga? Singkat cerita, aku akhirnya tahu mengapa program KB nya gagal.

Ikuti wawancaraku dengan nyonya muda itu, kira-kira begini.

“Bu, ikut KB nggak? Kok jarak kelahiran anaknya dekat banget?”
Dengan mantap sang Nyonya mengangguk, ada tersirat kebanggaan di wajahnya.Akseptor! itu kata yang magis saat itu di desa!
“Saya mah sudah ikut 5 tahun lebih, pake pil” jawabnya sambil menunjuk ke dinding bambu dekatnya ber sandar.
Kulihat beberapa strip obat berbentuk pil kecil-kecil terselip di antara anyaman gedek. Itu pil KB.
Ya dia akseptor KB! Kok?

Aku penasaran, kepingin tahu bagaimana pil-pil itu bisa masih berada di sana? Kenapa program KBnya gagal?

“Ibu minum pilnya teratur kan?” aku balik bertanya.
Jawaban Nyonya muda itu menarik. Sekaligus meya kinkan!
Maksudku kegagalannya, pasti! Yakin.
“ Ya teratur! Saya minum pil nya kalo sakit kepala” katanya kalem.
Kami semua, para maha siswa hanya terdiam.
Mau apa lagi coba???


Written about 9 months ago · ·
Inge Maskun
Inge Maskun
Bagus Ida, thank you for sharing!!!! .... Kalau mengedukasi sasaran soal KB, jangan pakai bahasa sopan dan terselubung deh ya ... alhasil pil nongkrong di sela bambu. Inget cerita soal cara menggunakan kondom nggak? Berakhir di jempol! Hehehe .... koq gue nggak ingat banyak cerita saat KKN ya? Kalau dikorek mungkin ada.
October 19, 2009 at 6:13am · ·
Manenda Lalisang
Manenda Lalisang
FYI...Benny Pangemanan meninggal dunia beberapa thn lalu di Menado Alm angk 74 dan mgkn krn dari dulu badannya gemuk jd ada tampang kayak dokter ya Da... hehe Semoga Benny sudah tenang dialam sana...
October 19, 2009 at 8:48am · ·
Maha Utami
Maha Utami
Mbak Ida, tengkyu for sharing....lucu ya... bener kata Inge.. klo pake bahasa terselubung mereka nangkepnya beda.., klo ga pake bahasa sopan kita yg malu ngomongnya...hehe..
October 19, 2009 at 11:04am · ·
Ida Syahranie
Ida Syahranie
all: Thank you!

Inge: betul ... makanya waktu riset di Balaraja, aku tugasnya khusus mencari istilah/bhs Sunda yg dipakai untuk menggambarkan alat dan kegiatan sexual. Gunanya untuk melatih para penyuluh KB or dokter yg nantinya bertugas didaerah itu. Jadi program masuk ke tactical... baru sukses. spt di jempol itu deh.

Utami: memang kayanya ... See Morekata2 nggak sopan ya... tp waktu riset dan aplikasinya, mereka cekikikan. Pas kita ngomong dgn istilah kedokteran.... mereka ngobrol doang.... nggak ngerti soale...

Manenda: aduuh... Benny sdh pergi ya. Semoga dia damai ya disana. Gue baru tahu nih...
October 19, 2009 at 12:41pm · ·
Siti Mariyani
Siti Mariyani
Ha..ha..ha...kocak banget mba.....aku jadi geli baca the end nya....
October 19, 2009 at 2:28pm · ·
Siti Mariyani
Siti Mariyani
aku jadi inget wkt di posma dulu, pas masuk group yg di posma oleh fak kedokteran...seru abiiss deh, segala perjorokan ada disitu....tugasnya nyari kndm...terus dimasukin dijari tangan..terus diolesin ke muka teman and muka sendiri....berminyaknya itu deh..mana tahan...b a u...he..he...
October 19, 2009 at 2:33pm · ·
Ida Syahranie
Ida Syahranie
Mbak Ani: thanks ya udah baca notes ku. Endingnya emang dibuat begitu, pas ama judulnya kan? Tulis mbak pengalamannya waktu posma... sweet memories, ada kesel, fun, sedih, bingung dll. Buat kita yang sdh lama meninggalkan itu semua, penyemangat kok.
October 19, 2009 at 6:54pm · ·
Rudang Mayang
Rudang Mayang
hahha lucu bgt sih mbak.... tapi kebayang loh serunya
October 19, 2009 at 7:58pm · ·
Shintya Kurniawan
Shintya Kurniawan
Salut, Mbak. Angkatan Mbak Ida aktif banget dan banyak ide kegiatannya. Angkatan yang muda2 ga boleh kalah nih, ya hehehe :D Keren! Keren!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar