Terima Kasih , Anda telah mengunjungi blog saya.

Thank you so much to have you here.
It is about my novels, notes, comments of something, features, short stories and pictures.

Also my products, Furoshiki and Yukata (summer kimono).

Please leave your comments.... thank you
Enjoy it....



Kamis, 15 Juli 2010

Tangga Komunikasi dan Sosiologi Share

Serial-76 Tangga Komunikasi dan Sosiologi
Share
Teman teman

Tempat yang pernah kita datangi akan menjadi tempat kenangan.
Kampus kita di Rawamangun, meskipun gedungnya jelek, lokasi nya pinggir jalan, berisik. Kelasnya panas, kalau kuliah siang. Ukuran sekarang, nggak nyaman banget! Tetap tempat yang penuh kenangan bagi kita.

Tulisan berikut mengingat-ngingat lokasi yang kita sukai untuk berkumpul sebelum masuk kelas.

Ini notes untuk teman2 FB yang mungkin tidak pernah ke kampus FISIP RAWAMANGUN. Moga2 jadi pembanding dengan kampus Depok yang aduhai indahnya.

Selamat ber reuni untuk angkatannya mbak Tyo/mas Awang yang hari ini katanya bikin tour kampus Depok.

Silahkan baca ya, semoga nggak bosan.



Tangga di gedung lama


Tempat favorit para cewek’76 untuk menunggu kuliah sessi pertama pagi hari adalah lokasi tangga. Dekat lorong pintu masuk FIS UI yang dari jalan Pemuda. Tangga itu menghubungkan lantai dasar ke atas, ruang-ruang kuliah. Tangga itu berada di sebelah kiri kios koperasi/Bursa yang jual buku, alat-alat tulis, topi, T-shirt dll. Agak ke depan tangga, nggak jauh, paling 3-4 meter jaraknya , di sisi kanan ada ruang BPM(Badan Perwakilan mhs). Semasa jabatan Junus Resowidjojo (ketua Angkatan ’76) jadi ketua BPM, ruang itu tempat mangkal para cowok ’76. Jadi yah, gitu deh, kita kayanya selalu pengen deket–deket aja!

Yang duduk di tangga itu pada umumnya adalah anak ’76 jurusan Komuni kasi dan Sosiologi.
Lho mahasiswa jurusan lain emang nggak suka? Ya suka lah! Tapi tangga itu sempit, satu trap paling bisa dua orang duduk. Jadi mereka tahu diri. Tempatnya bener-bener sempit banget! Lagipula ada tempat lain yang okey buat nongkrong di FIS UI.
Pemandangannya juga bagus. Maksudnya yang lewat lebih beragam. Ada mahasiswa FH, FS, F.Psi. Mungkin juga tetangga sebelah, mahasiswa IKIP.

Tempat nongkrong favorit ’76 lain misalnya bangku-bangku besi bercat biru di bawah pohon akasia di dekat Aula I. Halaman ini sekaligus tempat parkir mobil atau motor para mahasiswa dan dosen. Bangku-bangku biru di emperan gedung baru. kantin, lorong teras gedung lama dan Taman Sastra.

Emperan gedung baru.
Lokasinya dekat mesin pompa air. Tempat ini ada tiga bangku biru disusun seperti hurup U. Ada sekat pembatas antara lokasi ini dengan lorong, terbuat dari bata merah bolong-bolong. Kita bisa tahu kalau ada yang lewat. Dari sini bisa memantau kondisi dan situasi kantor BPM, tangga gedung lama, kantin (kita mah sebut ini Cafe, meski penampilannya Lapo Tuak!), ruang kelas F. Psikologi dan pintu masuk dari jalan Pemuda.

Dekan, Bu Miriam Budiardjo atau penerusnya Pak Tobias Subekti biasanya muncul dari pintu sini. Kedua orang itu memang tinggal di Jakarta Pusat. Dosen dosen lain juga kebanyakan lewat sini. Pak Selo Soemardjan, Bu Ihromi, Pak Harsono Suwardi, Mas Ronny Nitibaskara, Pak Ramzy Tadjudin, Pak Arby Sanit, Pak Bintan Regen Saragih, Mas Amir Karamoy, Mas Amir Santoso, Mas Paulus Wirutomo, Pak Usman Saleh, Pak Osman Raliby dan Pak Juwono Sudarsono juga. Khusus Pak Juwono Sudarsono ini, anak Kommas mengikuti seniorita kita memanggil dia Mas. Sok kenal sok deket lah! Padahal dia nggak pernah jadi dosen di kelas kita, akrab juga nggak sih. Abis dia nganteng sih! He… he..he

Di lokasi ini, ada box pengumuman pakai kaca. Disinilah pertama kali karya monumental anak Kommas ’76,’ 77 & ’75 ditampilkan. Cikal bakal koran dinding di FIS UI. Koran dinding ”KOMA” EDISI PERDANA dipamerkan dan dibaca seisi fakultas. Karena tempatnya sempit, baca nya gantian. Kritik dan saran juga diterima dari pembaca ”KOMA” disini, lisan lah, sambil ngobrol.

Kantin.
Lokasi kantin persisnya di belakang ruang BPM. Dapurnya menghadap jalan Pemuda. Ruangan nya terbagi dua itu, dapur dan ruang makan. Kantin ini sebenarnya tak banyak menampung meja makan. Cuma ada sekitar enam set meja kursi dari kayu. Tanpa taplak meja atau vase bunga.

Setengah dinding kantin dari semen. Jendelanya besar, dari kaca tanpa gordijn. Lantainya ubin abu-abu buatan lokal, cat dindingnya rada kusam aja. Apalagi dapurnya. Gelap, berantakan. Kalo dipikir-pikir nggak hieginis lho output mereka. Tapi enak banget buat minum, ngemil, ngobrol atau bikin tugas kuliah. Ada yang main kartu dan catur. Baca buku dan diskusi. Nyanyi dan main gitar atau ukulele atau mukulin meja aja kaya main drum atau gendang gitu. Di kantin ini bisa dibilang Nusantara kecil, the melting pot. Segala ada. Ada para mahasiswa senior dari berbagai jurusan, ada yunior.

Kabarnya PSP, itu kelompok musikus para mahasiswa UI yang mempelopori genre musik dangdut dengan ‘taste mahasiswa’ itu bermula dari obrolan anggotanya di kantin FIS UI. Bener nggak sih? Kemungkinan sih benar, soalnya semua anggota PSP adalah mahasiswa FIS UI yang terdata paling menguasai kantin era ’75 sampai dengan ’79 an.

Sama Mas kantin, nama mereka, crew kantin gue nggak pernah tanya, kita bisa pesan susu hangat, kopi susu, kopi panas, es kopi, teh es manis, teh es tawar, teh hangat tawar, jeruk hangat, es jeruk, entah minuman apalagi. Makan juga bisa, sarapan sebelum masuk kelas. Ada, tahu isi, lontong isi atau risoles yang makannya disiram sambel kacang atau cabe rawit. Ada pisang goreng, tempe goreng, lupis, atau lemper.

Lorong teras gedung lama.
Lokasi lainnya adalah lantai lorong lorong depan Aula I, depan kantor Senat, dan depan Bursa, gedung lama, menghadap gedung baru. Di teras ini lebih terbuka, menghadap halaman rumput. Ada pohon pohon pinus beberapa batang. Mahasiswa duduk-duduk di lantai aja. Berselonjor kaki, nongkrong, pakai alas map atau buku terserah. Lokasi ini hanya favorit pagi hari dan kondisinya nggak hujan. Sore nggak seru ah, panas sih! Di sini makanan bawa sendiri, karena agak jauh dari kantin. Tidak ada pelayanan jarak jauh kok! Cuma lokasi ini kalo buat ngerokok sambil senderin badan di tiang , okey banget tuh! Sambil ngelamun juga sip!
Misalnya kepikiran begini, misal lho!
“Her statistik sosial 1 nggak ya?” ” Masa ikut kuliah Wim Van Zanten lagi”
“Lulus nggak ujian Bahasa Indonesia sama Pak Munadi?”
“MPM 1 ngulang lagi nggak nih? “
“Ujian Sistim Hukum Indonesia dapat berapa ya?”
“Kok Dr. Daud Jusuf punya ide NKK/BKK ya? Dia pernah kuliah nggak ya? Waktu mahasiswa dia ‘gaul’ nggak sih? Pernah jadi aktifis mahasiswa nggak ya?”
“Kok Prof. Mahar Mardjono, Prof. Slamet Iman Santoso tiap hari pakai baju putih? Mereka berdua nggak buta warna kan?”
Di gedung lama ini juga ada toilet yang petugas kebersihannya ibu2. Entah kenapa dia sering ngajak ngomong Londo. Apa dia dulu pernah kerja sama orang Londo. Bahasanya lancar juga. Dia ngeluh, mahasiswa dibilang nggak disiplin , buang sampah sembarangan.



Soal tangga!
Tangga semen itu berlapis ubin warna abu-abu, kusam. Ada pegangan dari kayu. Lebarnya paling sekitar semeteran lah. Biasanya yang terpakai untuk di duduki cuma 3 trap, sisanya ya berdiri diri aja di sekitar tangga.
Kalo ada yang mau naik ke lantai 2, mereka minta jalan sama kita yang duduk. Maka kita harus berdiri dan turun sebagian dari tangga. Minggir dikit aja agar orang bisa lewat. Abis itu duduk lagi.

Yang duduk di situ atau yang berdiri di sekitar tangga dari Kommas’76 ada Susy, & Bonita (biasanya emang datang barengan), Jusi, Renny, Laksdewi, Linda, Tina, Debby, gue (Ida), Rika dan Mala. Kadang ada Luki, dan Astari. Dari jurusan Sosiologi ada Mbak Yuni, Ria Yudho, Evelin, Etun, Mey dan Ongki. Juga Ibu Hadi. Kadang ada Tutut (Krim), Binky (Politik) dan Dhay bergabung sesekali. Juga Kusumastuti, Yoke, Rosmala dan Retno.

Coba tebak mengapa lokasi ini seakan akan milik mahasiswa kedua jurusan itu? Gampang kok! Karena mahasiswa2 yang rumah mereka berlokasi sekitar Jakarta Pusat dan Jakarta Timur akan masuk kampus FIS UI melalui jalan Pemuda. Jadi begitu lihat ada satu orang teman yang duduk di tangga, langsung ikut gabung.

Biasanya yang datang paling pagi dari Kommas itu kalo nggak gue ya Linda Ingrid (sekarang jadi Ny.Tobing). Karena kita masing-masing nebeng mobil Babe yang mau ke kantor. Sebenarnya Linda tinggal di Jakarta Selatan, tapi karena dia datang pagi, maka lokasi yang jadi pilihan dia yang okay, ya di situ. Pagi sekali kan bangku biru masih ber embun, basah dong rok kita. Gue juga mikir gitu, jadi yah duduk di tangga aja. Aman. Kantin kan belum buka.

Bangku biru di halaman parkir
Sedangkan mereka yang tinggal di lokasi Jakarta Selatan serta sebagian di Jakarta Barat umumnya adalah mahasiswa dari jurusan Administrasi. Nah… anak ’76 dari Jurusan Administrasi (Niaga or Negara) umumnya suka duduk di bangku biru yang menghadap ke jalan menuju Taman Sastra (Tamsas). Bergerombol di halaman parkir. Kalo bangku kurang, duduk-duduk di mobil juga ayo aja kan?

Di lokasi bangku bangku biru ini ada Ita, Titta, Iis, Hanny, Dhien, Dewi Anggraini, Diana Masduki, Anton, Krishna, Iwan, Tono, Harland, Ai, Irdham, Djoko, Ruby, Ardy, Lies, Erni, Fitje, Rory. Juga ada Lenny, Oge, dan mahasiswa lainnya. Mereka pada umumnya tinggal di Kebayoran Baru, Tebet, Senayan, Pejompongan dan Slipi. , jadi ke kampus FIS UI melalui jalan By Pass, atau Utan Kayu dan lapangan Golf Rawamangun. Belok kiri melalui jalan Daksinapati, melewati kantor Pos & Giro terus TamSas. Stop di bangku-bangku biru, ngobrol dulu.

Taman Sastra.
Sebuah taman berumput di depan Fakultas Sastra (ganti nama jadi Fakultas Ilmu Budaya, FIB) Di taman ini dibuat jalur pedestrian dari semen dan batu-batu kecil. Taman ini dikelilingi jalan yang menghubung kan FH, FPsi, FIS dan FS tadi juga IkIP. Ada beberapa pohon rindang tumbuh disana, pohon akasia dan flamboyant yang bunga nya berwarna orange.

Ada tempat duduk, bangku bangku dari kayu. Tersebar di beberapa lokasi dalam taman. Mahasiswa FK, FKG, FE, FT, FIPIA (FMIPA) dari Kampus UI Salemba, sering juga kedapatan ‘hijrah’ makan siang disini. Mereka bilang ‘cuci mata’, bikin alasan. Itu pengakuan dari anak Kaffa FT UI (group mahasiswa pencinta alam ) atau ’Cine Club FK UI (group calon dokter yang suka nonton film.) yang kebetulan kepergok sama gue dulu.

Sisi kanan jalan TamSas adalah gedung IKIP, terasnya terlihat jelas. Sayangnya dibatasi dengan pagar kawat. Tidak berduri sih, mahasiswa IKIP yang duduk di teras kelihatan kok. TamSas jarang kita pakai untuk nongkrong dan ngobrol pagi hari. Soalnya jauh dari kelas, takut telat. Lagian yang dagang makanan belum ada yang buka.

TamSas sangat okey untuk makan siang. Ada Gado-gado, mie baso, somay, es aneka rasa, juice, goreng gorengan, rujak, asinan, kue kickers (kue beras/rangi) dan lain-lain. Baik yang permanen dagang di bangunan beratap sirap seperti payung. Atau yang vendor street atau yang ngiderin kampus kaya ‘running text’ di televisi. Ada yang dagangannya dipikul, didorong pake gerobak atau di tenteng. Mereka semua bagian dari TamSas.

Mungkin ada lagi lokasi di kampus kita yang jadi favorit dan penuh kenangan. Tapi lokasi-lokasi yang aku tulis itu sudah cukup kan? Buat sekedar nostalgia.

Yang pribadi, silahkan jadi milik dan kenangan anda sendiri. Kalau memang ada sih!

Salamku,

Ida
Depok, 17 Desember 2006.

1 komentar:

  1. suasana kampus rawamangun memang sarat akan kenangan. namun sekarang banyak gedung2 yang diubah dan dibangun lagi sehingga menghilangkan kesan jadul pada kampus yang sekarang jadi kampus UNJ. aku memang masih kuliah d UNJ, akan tetapi kecintaan pada sejarah yang mendorongku untuk terus mengenang dan menelusuri sejarah kampus rawamangun yang kecil tapi penuh kenangan.

    BalasHapus