Terima Kasih , Anda telah mengunjungi blog saya.

Thank you so much to have you here.
It is about my novels, notes, comments of something, features, short stories and pictures.

Also my products, Furoshiki and Yukata (summer kimono).

Please leave your comments.... thank you
Enjoy it....



Senin, 01 Oktober 2012

Pelatihan Furoshiki -Private


Furoshiki atau pundutan atau bunthelan merupakan selembar kain persegi yang biasa dipakai untuk membungkus dan membawa barang barang. Membungkus pakaian, buah, buku, botol, kotak makan, aneka hadiah/kado, untuk bungkus besek/berkat selamatan, aneka tas tangan, tas punggung, toples, 

Furoshiki dapat menggantikan kantong plastik untuk membawa barang2, sehingga mengurangi sampah yang tak mudah terurai. Furoshiki menggantikan kertas kado yang mahal, tapi kado tetap terbungkus dengan baik dan           cantik.

Anda ingin terampil  membungkus gaya Furoshiki? 

Bisa diatur untuk belajar di lokasi peserta, dengan perjanjian khusus..

Terima kasih.

Kamis, 20 September 2012

Olga Tobing, thank you!!!!

Akhirnya aku menerima kiriman Olga Tobing, sebuah lukisan karyanya . Dikirim via pos,  jauh dari Fortuna, Murcia, Spanyol.
Terima kasih. Thank you dear.
 Entah ada ide apa,  objeknya kali ini wajahku!
Aku sendiri belum pernah terlintas akan melukis wajahku sendiri. Jadi ... karya Oge ini adalah pertama ada lukisan wajahku. Woow!


Size: 25 cm x 32,5 cm. Medium oils on canvass




Senin, 21 Mei 2012

Furoshiki and 'boenthelan' evokes Indonesia green past

Boenthelan/Furoshiki untuk  membungkus dan membawa 2 buku dgn cara unik. Lebih gaya dan ramah lingkungan, tanpa kantong plastik

Beberapa variasi membungkus dengan furshiki/boenthelan. Ide untuk bungkus hadiah tanpa menggunakan kertas atau plastik. Idenya: ramah lingkungan



  Video Dokumentasi : Yayasan Lantan Bentala promosi furoshiki di Gandaria City, Jakarta, Oktober 2011

Reported by The Jakarta Post

http://www.thejakartapost.com/news/2011/09/23/%E2%80%98boentelan%E2%80%99-evokes-indonesia%E2%80%99s-green-past.html

Senin, 23 April 2012

Bunga Kana (canna lily)

 Kana tergolong tanaman luar dengan nama latin Canna lily. Tanaman ini biasanya tumbuh di hutan dan pegunungan walau tak jarang dijadikan tanaman hias di pekarangan dan taman kota, karena memiliki bunga yang mempesona. Dan teryata dibalik pesona aneka warnanya bunga kana memiliki daya penyembuhan yang luarrr biasa. Bunga kana atau bunga tasbeh berasal dari daerah tropis benua Amerika. Tumbuhan ini mampu hidup di dataran rendah hingga ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Tumbuhan ini tumbuh besar, tegak, dengan tinggi mencapai dua meter. Tanaman ini memiliki rimpang tebal menyerupai ubi. Daunnya besar dan lebar, menyirip jelas. Warnanya hijau atau merah tengguli. Bunganya besar dengan warna-warna cerah, seperti merah, merah muda, dan kuning yang tersusun dalam bentuk tandan.

Nama Lokal

  1. hosbe (Batak)
  2. ganyong hutan (Melayu)
  3. ganyong wana, g. alas, sebe, sebeh, tasbeh, ganyol leuweung (Sunda)
  4. kembang gedang, puspa midra, p. nyidra (Jawa)
  5. tasbhi (Madura)
  6. milu-milu (Bali)
  7. kela, kontas, tuis im tasic, totombe, wuro (Minahasa)
  8. bunga tasebe (Makasar & Bugis)
  9. tasupe (Ternate).
Klasifikasi tanaman ini;
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Zingiberals
Famili: Cannaceae
Genus: Canna
 Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Bunga_tasbih#Manfaat





Bunga Kamboja


Kemboja atau semboja merupakan sekelompok tumbuhan dalam marga Plumeria. Bentuknya berupa pohon kecil dengan daun jarang namun tebal. Bunganya yang harum sangat khas, dengan mahkota berwarna putih hingga merah keunguan, biasanya lima helai. Bunga dengan empat atau enam helai mahkota bunga oleh masyarakat tertentu dianggap memiliki kekuatan gaib.
Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah. Nama Plumeria diberikan untuk menghormati Charles Plumier (1646-1706), pakar botani asal Perancis. Walaupun berasal dari tempat yang jauh, kemboja sekarang merupakan pohon yang sangat populer di Pulau Bali karena ditanam di hampir setiap pura serta sudut kampung, dan memiliki fungsi penting dalam kebudayaan setempat. Di beberapa tempat di Nusantara, termasuk Malaya, kemboja ditanam di pekuburan sebagai tumbuhan peneduh dan penanda tempat. Kemboja dapat diperbanyak dengan mudah, melalui stek batang.
Plumeria saat ini populer digunakan sebagai tanaman hias outdoor awalnya tanaman ini hanya digunakan sebagai tanaman kuburan.  Klasifikasi tanaman ini sbb:

Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianales
Famili: Apocynaceae
Genus: Plumeria
















( sumber;http://id.wikipedia.org/wiki/Kemboja)



Sabtu, 07 April 2012

White Roses


I love flower. And I really love roses, white roses is the most beautiful one. This article about white rose, written by someone.  I copied and paste here.




Meaning: innocence, purity, reverence, humility
The color white has always been associated with innocence, purity, worthiness, and virtue, and the white rose is no different. The white rose is pure, simple, and classic. When you look at a white rose, you think angel's, bride's, fluffy white clouds, cotton... all things simple, organic, pure, everlasting. Give a white rose to tell the recipient that they're heavenly. Giving white roses says that you believe that your intentions are pure and that the recipient is worthy.

While the popular red rose speaks of fiery passion, the softer white rose expresses feelings that are pure and true, a love that is deep in the soul. White roses also represent everlasting love, a love stronger than death, a love that endures the test of time.

One of the most famous examples of a white rose come from Aphrodite (Venus), the Greek Goddess of Love in mythology. It is said that she was born of the sea foam and where the foam fell to the earth, white roses sprang to life. In fact, legend states that Aphrodite gave the rose it's name. Other myths surrouding Aphrodite display the two sides of love: innocence and purity of white and the passion and desire of red.

White roses represent purity and virginal innocence, which is why brides traditionally wear white gowns and often carry white bouquets. Tradition since the 1800's, white bridal bouquets were carried to assure the bridegroom that of his bride's virginal purity and innocence or to say "I am worthy of you".

White is also the color of innocence and therefore the perfect flower for new relationships. The innocence of white roses stretches further with White rosebuds, which hold a slightly different meaning than their full-bloomed counterparts. These young buds speak of a youthful innocence and love. For younger relationships, give a bouquet of white rosebuds to represent your young love.

Surpringly, withered or dead white roses hold meaning as well. If you're looking for a loving reaction, stear clear of white roses that are starting to fade as giving these tells your recipient that not only have they made no impression on you, but the gift of withering flowers means the relationship has come to an end.

Yukata, 10 New Arrticles

http://yukata-ku.blogspot.com




Jumat, 23 Maret 2012

Sewa Yukata



silaahkan click link dibawah ini
http://yukata-ku.blogspot.com

Connecting peoples

Manusia itu mahluk sosial. 
Professi, latar belakang sosial, ekonomi, politik, gender, semua perlu berkomunikasi. Alat alat komunikasi mudah didapatkan dan relatid terjangkau. 
Hp bukan basic needs, hanya sebagian orang sudah tak bisa lagi terpisaahkan dnegan alat komunikasi ini.  
Mana yang need dan mana yang wants...sudah tak jelas. 

Sabtu, 11 Februari 2012

Sakura malah berbunga 2 kali di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat


Bunga sakura atau cherry blossoms yang dikenal sebagai,  ikon negara Jepang, ternyata tumbuh subur dan berbunga di Cibodas, sebuah taman nasional di Jawa Barat. 

Malah pohon berbunga cantik ini bisa berbunga dua kali setahun. Padahal di negara asal bunga ini hanya berbunga sekali saja. Menurut info, sakura di KR Cibodas ini berbunga sekitar Januari-Februari dan Agustus-September. Sangat tergantung cuaca.

Di taman seluas sekitar tujuh ribu meter per segi itu, bunga Sakura menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung. Di sana terdapat  empat jenis bunga Sakura, yaitu Prunus Cerasoides, Prunus Lannesiana, Prunus Yedoensis, dan Prunus Jamasakura.

Kunjunganku ke Kebun Raya Cibodas, Kamis 9 Februari 2012 kemarin mendapati belum semua sakura ini berbunga. Masih banyak kuncup kuncup bunga yang belum mekar.  Barangkali masih ada yang akan mekar seminggu lagi.

Info tentang bunga ini bisa tumbuh di Indonesia tak banyak kita temui, hanya beberapa ada di internet, tentu saja itu tak cukup memberikan awareness bahwa di Kebun Raya Cibodas bisa melihat sakura, tak perlu harus ke Jepang. Perlu upaya promosi barangkali, terutama saat bunga ini akan mekar. Kerjasama dengan media siar pasti akan membantu.

Rasanya potensi Indonesia mengembangkan tujuan wisata dengan  menanam bunga ini di objek2 wisata yang sesuai dengan prasyarat sakura banyak sekali. Sebut saja di daerah pegunungan di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. 

Dalam beberapa tour, aku mendapati lokasi wisata yang mirip KRCibodas, sayang tak terawat, tak ada tanaman yang khusus dikembangkan sebagai daya tarik pengunjung selain lokasi alamnya. Misalnya ya ada air terjun ya sudah...cuma bisa lihat air terjun saja. jika ditambahkan bunga dan tanaman lainnya pasti lbih menarik.


Silahkan klik http://www.krcibodas.lipi.go.id/ untuk info tentang sakura ini.
 














Jumat, 20 Januari 2012

Dosen Luar Biasa Mau Keluar!!!

Gubraaak!


Hujan rintik siang itu baru saja reda saat aku melewati deretan ex Resto Korea, Bloc Café, Toko cendramata  dan IT Centre dan Kantin Kopma di kawasan gedung Kuntjaraningrat , FISIP UI. Agak lengang, tak banyak mahasiswa yang berada di sekitar situ.  Sepi memang, karena sudah masuk libur semester. Sekarang saat sidang  Tugas Akhir atau malah dosen mengadaakan rapat nilai. Hanya beberapa yang sedang asyik menatapi laptop duduk berselonjor di emperan Miriam Budiardjo Resource Centre (ex perpustakaan FISIP UI ). Dari arah Musholla yang berada di depan Kantin Kopma aku melihat seorang mahasiswi bercelana jeans dan blus putih berjalan menuju arah MBRC sambil menatapi telepon selular di tangannya. Mungkin sedang mengirim atau membaca pesan. Aku berjalan beriringan dengan seorang staf SBA (Sub Bagian Akademik) menuju kantor SBA yang terletak di balik MBRC, berniat mau ambil berkas UAS dan  berpapasan dengannya  .

Gubraaak!!!! Tiba tiba terdengar suara seseorang jatuh, sangat keras! Aku menoleh dan melihat mahasiswi bercelana jeans dan blus putih itu terjungkal persis di bawah undakan/tangga yang menuruni emperan MBRC. Undakan ini memang tidak terlalu tinggi, mungkin satu meteran.  Aku masih melihat satu tangannya terangkat ke atas, masih memegang telpon selulernya.

Beberapa orang yang sedang asyik menatapi laptop di sekitar situ mendongak, tertarik pada sumber suara. Beberapa mahasiswa yang sedang memasang sepatu di pintu musholla berniat berdiri. Dua mahasiswi yang sedang duduk di depan Kantin Kopma sambil minum minuman dalam kemasan menatap kagum saja. Rupanya mereka mau lihat lihat situasi yang dihadapi mahasiswi itu. Tak satupun yang benar benar beranjak bangun menolongnya. Aku bergegas mencoba mendekat, tapi mahasiswi itu sudah bangun sendiri. Rupanya tidak ada cedera, tak ada anggota tubuh yang patah atau luka. Syukurlah! Dia cepat cepat mengibas kotoran yang sedikit melekat pada pakaiannya, lalu berjalan kembali dan meneruskan kegiatan nya ber hape ria. Seakan akan kejadian yang baru saja dialaminya  tak pernah terjadi.

Dosen Luar Biasa mau keluar!

Seminggu sebelumnya, pagi Sabtu sekitar jam 9.30 WIB 3 dosen luar biasa (ini maksudnya istilah untuk dosen tidak tetap di UI kok), yaitu aku, Jeanny Hardono dan Panata Harianja baru usai menjadi penguji tugas akhir untuk seorang mahasiswa di Gedung Perkuliahan Vokasi UI/Gedung.  Kami menggunakan lift menuju lantai dasar.

Begitu pintu terbuka, waduh!!! segerombolan mahasiswi dan mahasiswa sudah di depan pintu, merangsek masuk.  Persis segerombolan warga desa yang sedang wisata. Seperti tak sabar, mau tahu rasanya pakai lift kah?
Yang aku kagumi, beberapa diantara mereka masuk ke dalam cabin lift itu sambil asyik menatapi handphonenya baca SMS atau ketik pesan. Makanya bisa difahami dia tak melihat bahwa dalam cabin lift masih ada orang yang mustinya diberi kesempatan keluar dulu. Kami berdesakan!!!
Yang mau keluar susah, yang masuk memaksa!!!

Benar benar tak tahu cara pakai lift atau nalar yang tak dipakai yaa? Bagaaimana mereka bisa masuk ke cabin lift yang kecil itu sementara kami masih belum bisa keluar dihadang mereka???

Ini bukan hanya terjadi di gedung Vokasi UI yang baru kok. Di FISIP UI, gedung H yang juga sama kok. Ini bukan soal strata atau jenjang pendidikan. Soal apa ya?  Gegar budaya atau retak? Yang pasti sih, secara tehnis aja, tata cara masuk dan keluar lift belum disadari. Duh… Bagaimana kalau ada kondisi darurat?

Anak kolonel

            Aku , Oktober 2011 lalu menerima SMS; bunyinya begini; ‘ Sy anaknya kolonel Erlangga dari Bais. Mo ke rmh ibu liat rmh. Kpan ada wkt  yah’ Dari gaya menulis dan tanda baca yang dia gunakan, aku menduga pasti ini berasal dari remaja. Ok lah berhubung ini masalah rumah yang aku mau jual, anggaplah ini pelayanan terhadap calon konsumen! Great consumers!

Aku janjikan dia bisa datang ke rumahku Sabtu sekitar jam 9 pagi. Wah, ternyata antara pesan SMS dan polahnya sama, gaya masa kini. Dia tak datang, juga tak berkabar! Apa karena dia anak kolonel yaaa?!  He…he ..he.

Sialnya sebulan kemudian, dengan SMS dan nada yang sama orang ini meminta lagi bertemu dan datang ke rumahku. Ya sudah, karena dia meminta lagi, aku kasih kesempatan untuk datang. Kali ini juga Sabtu dengan range waktu yang lebih longgar, antara jam 10 sampai dengan jam 12.  Benar seperti dugaanku, sekali lagi orang ini tidak datang, tanpa kabar!

Sekitar jam 5 sore, pulang dari Bogor, baru saja masuk rumah ketika putraku memberitahu ada beberapa mahasiswaku minta bertemu. Aku heran, aku tak punya janji apapun dengan mahasiswaku hari ini. Ini week end soalnya. Aku menemui mereka, rupanya ada 5 orang pria muda mungkin sekitar 20 tahun lah rata2, bergaya pakaian kasual, mengaku para mahasiswa universitas swasta yang kampusnya dekat rumahku.  

Aku tanyakan ada keperluan apa mencariku. Seorang diantara mereka, bertubuh besar, bercelana pendek, mungkin kostum basket, kaos longgar tanpa lengan, tanpa sepatu olah raga tapi menggunakan sandal kamar yang tipis, berlogo hotel sebuah kota di Sumatera sana, menyahut :
“ Saya yang kemarin SMS, anaknya kolonel Erlangga. Mau liat rumah bu”  Ditangannya yang memegang pintu pagar rumahku tergenggam dua handphone warna hitam model terbaru. Meski berpakaian olahraga, pemuda ini terkesan tambun, tak atletis. Tapi ini kan cuma fashion style  saja pikirku. Wajah lumayan lah! Teman temannya juga.

Ha ..ha… nice guys, tanpa salam or hello! Apalagi assalam mualaikum! Juga tidak minta maaf kalau pagi tadi tak bisa datang sesuai janji. Jadi ingat para mahasiswaku, biasanya mereka langsung mengucapkan salam. Tak sedikit yang justru mencium tangan. Kalau yang mahasiswi malah cipika cipiki sambil jerit jerit ‘ kangen mbak!’ Aku buru buru menyadari ini orang orang  yang sama sekali tak kukenal kok, jangan berharap apa apa.

Aku persilahkan mereka masuk ke rumahku dan dia duduk di sofa ruang tamu bersama satu temannya.  Adik kecil tambun ini langsung menatap handphonenya, ketik ketik terus. Temannya juga. Aku menunggu hingga dia selesai. Aku duduk di depannya, menunggu apa yang ingin dia sampaikan. Ini berlangsung mungkin 10 menit lebih. Lho…mas …mas  ini ke rumahku mau numpang duduk ya , capek sms sambil berdiri ya?

Dia tetap menundukan kepalanya, tak memperdulikan kehadiranku sebagai nyonya rumah. Dia tamuku! Terus saja berkutat dengan dua handphone canggihnya. Akhirnya aku tak tahan lah, aku ketuk pelan meja kaca di depannya, lalu tanya dia; “ Kamu kesini mau ketemu saya? Mau apa ya? Kalo nggak ada keperluan, silahkan pulang ya. Saya mau istirahat” sambil berdiri dari dudukku. 

Dia tergagap dan buru buru menjawab : “ Oh ya bu, bentar yaa” lalu terus lagi menatapi handphonenya! Wakakakaks… putra kolonel ini bener bener konsisten tidak sopan!

Suamiku yang mondar mandir sekitar ruang tamu sudah gemas melihatnya. Akhirnya yang dipertuan agung putra kolonel ini menyudahi aktivitas dengan handphonenya.

“Bu rumah ibu mau dilepas berapa?”  Ha… ha..ha anak ini mulai masuk ke topik! Sayang aku sudah tak tertarik melanjutkan pertemuan ini. Suamiku langsung mendekat dan menyahuti: : ‘Kami mau jual 1 milyard”  
Pemuda itu ternganga tentu saja.  Temannya yang polahnya tak beda dengannya, malah yang menimpali “ Kok mahal sekali Pak?” Suamiku dengan kalem menjawabnya, “ Tetangga sebelah, jenderal Mansyur mau jual rumahnya 2 milyard”  Aku tahu suamiku sedang menjahilinya. Tak pernah terdengar Pak Mansyur sebelah rumahku berniat menjual rumahnya. Ha..ha..ha.

Aku sudah benar benar berdiri dekat pintu keluar, dengan gestura mempersilahkan keduanya pergi. Rupanya kedua anak muda ini tak terbiasa dengan bahasa tubuh, tak faham. Mungkin mereka berdua tidak tumbuh dalam keluarga yang menggunakan multi bahasa,  lisan, tulisan tapi juga bahasa tubuh. Mereka mungkin tumbuh dan dibesarkan dengan bahasa SMS!

Nah ini link yang tak pernah tersambung. Mereka masih anteng duduk di kursiku. Whuih….whuih…whuih! Malah sang putra kolonel yang belum sempat kutanyai namanya , bertanya ; “Harga boleh nego nggak Om?”

Nego? Woow ! Imaginasimu berlebihan nak! Lebih baik pulang , tanya orang tuamu, atau ingat ingat, tata cara mengunjungi Eyangmu? Datukmu, atau Aki Nini mu. Atau kamu tak pernah diajak berkunjung ke rumah mereka ya? Atau kau tak punya mereka semua!

Boys… kamu memulai komunikasi bisnis ini dengan cara yang salah. Mau negosiasi apa?!
Bahkan kita belum berkenalan secara benar. Kami belum tahu namamu. Benarkah kau yang duduk di kursiku itu putra seorang kolonel yang bertugas di lembaga Negara itu?

Aku sudah tak sabar ah: ” Gini ya, yang mau beli rumah ini bapak kamu kan? Ya sudah, suruh dia yang hubungi kami aja. Kamu pulang deh” sambil aku goyang goyang daun pintuku. Pelan, keduanya berdiri, ngeloyor tanpa menyalami kami berdua.  Dengan 3 buah motor, mereka meninggalkan halaman rumahku.

Muncrat!

Saat mengantri ambil makanan dalam sebuah resepsi pernikahan, aku juga pernah terheran heran ketika seorang ibu yang berdandan rapi, dengan tas bermerk bagus dan terkenal, asyik berbicara di telepon genggamnya,    earphone nya terpasang di kupingnya. Suaranya tentu saja harus keras agar bisa mengalahkan ramainya ruang resepsi pernikahan itu . Mungkin dia business woman ya, harus sigap dan cepat tanggap pada peluang usaha. Ini pembicaraan penting, pantang tunda, meski lagi menghadiri perjamuan.

Satu tangannya pegang piring, satunya lagi menyendoki beberapa hidangan. Dia terus saja berbicara, setengah berteriak mengalahkan suara dengung ramainya resepsi. Tentu saja antrian agak tersendat saat dia berbicara itu! Aku yang berdiri di belakangnya juga mulai gerah, juga agak malas melanjutkan  ambil makanan. Ya,  kuatir makanan sudah tak higinis lah… Soalnya itu ludahnya mungkin muncrat ke makanan!  

Jika memang niat mau menghadiri resepsi, ya sudah lah Bu!. Handphone masukkan dulu ke tas bermerek mu itu. Hi hi hi… rempong yaa.

Komunikasi & Isolasi

Benar, manusia memang mahluk Tuhan yang unik! Demi untuk berkomunikasi dengan orang lain dan agar tidak merasa terisolasi,  apapun situasi dan kondisi yang sedang dihadapi kita bisa jadi tak perduli. Benar benar istilah jatuh bangun itu pas untuk mahasiswi yang terjungkal di emperan MBRC tadi.  

Untuk kasus di lift, putra kolonel di rumahku atau business woman itu agak sedikit complicated ya. Ramai ramai bergabung disana, masalah seperti penerapan tata cara pergaulan, etika, pengabaian pada lingkungan sekitar bahkan ancaman membahayakan orang di sekitar kita.

Tak pantaslah kita menyalahkan ini akibat kemajuan tehnologi komunikasi.  Nalar, toleransi, etika tak harus terabaikan dengan kehadiran tehnologi baru ini. Jangan diabaikan. Bukankah dengan mengabaikan , malah muncul ancaman yang membahayakan diri sendiri, orang lain bahkan menampakkan jati diri sesungguhnya yang rada kusam.

Hal hal ini cuma illustrasi kejadian yang kualami. Tapi ketika jeda dalam rapat, kami ramai ramai diskusi diantara para dosen kemarin, terungkaplah hal yang sama.  Apa yang bisa kita lakukan? Tehnologi komunikasi begitu canggih, tapi kita terisolasi,  masih ditahap cuma mampu mengoperasikan alat tehnologi komunikasi, tapi tak mampu menggabungkan dengan nilai nilai hakikat manusia sebagai karya Tuhan yang paling mulia. Sehingga manusia yang berkomunikasi dengan alat tehnologi komunikasi canggih itu tetap seperti manusia, mahluk social yang berbudaya. Bukan robot.

Depok, 18 Januari 2012
Hadiah buat putraku Danny Syah Aryaputra

Ida Syahranie