Terima Kasih , Anda telah mengunjungi blog saya.

Thank you so much to have you here.
It is about my novels, notes, comments of something, features, short stories and pictures.

Also my products, Furoshiki and Yukata (summer kimono).

Please leave your comments.... thank you
Enjoy it....



Jumat, 16 Juli 2010

’76ERS TOUR KE CIANJUR??


            ’76ERS  TOUR KE CIANJUR??

















Anton Mantap!
Aku SMS Anton  Jum’at tanggal 2/2/07 begini: Dgn kondisi terakhir jln2 di Jkt tergenang air banjir, mohon tanya acara besok tetap spt semula? Thank you. Jawaban Anton beberapa menit kemudian mantap dan tegas tapi tetap santun banget deh. Ini tipe pemimpin yang pantang menyerah! “ Ya, nuhun”  Ini niat baik, betul kan! Acara itu adalah mengunjungi teman ’76 yang sakit, Ilef (Rusellef Rustam) di Cianjur, besok.

Padahal aku bolak balik telpon telponan dengan Linda soal pergi atau tidak ke Cianjur, soalnya hujan gede semalaman, pohon tumbang dan banjir. Maklum Ibu-ibu, agak khawatir soal keamanan di perjalanan. Malam sebelumnya Bambang KB via telpon juga mengajak aku ikut mengunjungi Ilef ke Cianjur, aku menolak. Soalnya ada acara keluarga. Jadi memang banyak kendala untuk bisa pergi, rasanya.


“Tungguin ya Da, bilangin Anton”
Hingga pagi Sabtu jam 6.30 Linda, SMS dan telpon, intinya dia, Darya dan Debby nggak jadi berangkat. Apalagi Endel, pasti nggak jadi, dia kebanjiran! Sedang aku akhirnya memutuskan jadi pergi, karena acara keluarga dibatalkan akibat Jakarta kebanjiran. Aku telpon Bambang KB yang rumahnya berdekatan biar jemput aku dan berangkat ke tempat berkumpul di Citos. Buru-buru berkemas, sementara hujan terus aja turun, deras banget, TV juga menyiarkan banjir di seluruh kota, tempat-tempat pengungsian, dapur umum, perahu karet dsb.
Belum 5 menit Linda telpon, Debby called, “Da, gue , Linda dan Darya jadi kok berangkat. Cuma agak telat aja. Soalnya sopir Linda belum datang” katanya. Biar suara hujan deras gue masih dengar jelas suara Debby. Aduh senengnya. “Tungguin ya Da, bilangin Anton” katanya meneruskan. “Oke Deb! Oke!” gue sahutin dia. Wah, semangat juga nih, makin banyak yang mau nengok Ilef.Gue berdoa dalam hati, semoga Tuhan melindungi perjalanan kami ke Cianjur dan juga menjaga teman-teman yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya,

Anton kali ini nggak ‘galak’ soal waktu, jadi hampir  jam 09.00 WIB   aku dan Bambang baru tiba di Citos (Cilandak Town Square). Anton dengan anaknya, the second Prince, Gani, Luki, Baby, Rubby dan Kusumastuti sudah menunggu di Starbucks café.
Dengan bekal masing-masing secangkir coffee atau coklat hangat kami berangkat dengan mobil Anton. Djoko P dengan mobilnya akan menunggu di jalan toll TB Simatupang dan bergabung menjadi iring-iringan 3 mobil menuju jalan toll Jagorawi. Rubby ternyata tidak dapat ikut karena ada urusan kantor.  



Tim bezuk Ilef berpose di restoran di Puncak Pass.
Kiri ke kanan: Djoko P, Baby, Ida, Luki, Linda, Debby, Tuti & Darya.(minus Bambang & Jaya). Djoko P seperti bawa tujuh isteri atau pemimpin panti werda? Kan STW semua.

Popertjes!
Setelah beberapa kali berhenti menunggu rombongan Linda, lalu sms an kita sampai pinto toll Ciawi, Lalu keluar ke arah jalan raya Puncak untuk menjemput Jaya Sidabalok yang menunggu di dekat pasar. Dia bergabung di mobil Djoko. Mobil rombongan Linda sudah  ada di Jagorawi.
Via telpon Djoko mengajak kita menunggu Linda Cs di sebuah restoran. Hujan makin deras aja. Rombongan komplit sudah. Di sana kita sempat minum bandrek dan  sekoteng. Terus memutuskan untuk ke Puncak dulu untuk menikmati Popertjes! Ternyata diantara kita hampir semua suka snacks Londo ini. Cuma menurut aku sekarang rasa popertjes ini agak beda, gula bubuknya nggak dicampuri kayumanis lagi. Old taste! Djoko bilang jangan makan yang berat ya, soalnya Ilef telpon ke dia sudah siapkan  makan siang untuk kita semua!
Ilef dengan keluarga

Haemoglobin Ilef pernah turun drastis hingga 7,5.
Kita sampai di rumah Ilef sekitar jam satu. Ilef menyambut kita di depan rumahnya. Lehernya dipasangi penyangga! Kami ngobrol soal sakitnya. Ternyata berat banget! Terutama Haemoglobin nya pernah turun drastis hingga 7,5. Padahal HB yang normal sekitar 14-15. Ada pendarahan pula dan bermasalah pada leher. Dia sempat menunjukkan berkas medical recordnya. Soal leher, dia dianjurkan untuk di operasi. Tetapi akhirnya batal, karena adiknya di Australia bertemu dengan seorang dokter yang intinya tidak menganjurkan cara itu. High risk katanya, malah bisa lumpuh total! Dia pilih cara untuk fisioterapi dan obat saja. Sekarang HBnya sudah 9, jadi bisa jalan. Cuma dia bila agak capek. Terlihat kok dia nggak fit. Berat badannya sudah turun 10 kilos.


Tuti buka praktek ‘tenaga prana’
 Kusumastuti (Tuti) yang ternyata ‘bisa’ melakukan pengobatan mempraktekkan keahliannya pada leher Ilef. Aku nggak tahu ini apa, pokoknya Ilef berkomentar ketika tangan Tuti digerak-gerakkan mengelilingi leher Ilef, Ilef bilaf ada rasa hangat or panas gitu. Enak katanya!  Tentu saja ini mengundang antusiasm kita semua. Soal ini  nanti ya dibahasnya.
Setelah makan siang di rumah Ilef, kita pamitan pulang. Di teras rumah, Luki, disaksikan teman-teman, Ny. Ilef beserta kedua anaknya menerima ‘tanda tali kasih’ dari teman-teman ’76. Kelihatan dia terharu. Mengucapkan terima kasih banyak dan menitipkan salam pada ‘76ers.

Luki menyerahkan ‘titipan’76ers’ kepada Ilef di teras rumahnya, di Cianjur (3/02/2007).



Sungai di Gadog menggelegak dan melompat lompat tinggi!
Acara pulang diputuskan mampir beli roti Unyil di Bogor sekalian drop Jaya lalu mampir ke kantor merangkap studio Rubby di Cibubur.Sepanjang jalan hujan terus, ketika melewati yang sungai yang mengalir di bawah jembatan Gadog kami bergidik ngeri. Arus sungai deras banget. Air berwarna coklat tanah seperti menggelegak dan melompat lompat tinggi! Batu kalinya sudah tak kelihatan lagi. Air ini akan sampai di Jakarta dan menambah parah banjir nanti malam atau besok. (4/02/2007).


Nonton Video trip ’76ers ke Bali, keren!
Makan malam di kantor Rubby (Karnos Film) yang memiliki studio besar adalah  akhir dari trip’76ers hari itu. Makanan yang dipasn Rubby untuk kita enak banget! Ala Sunda, nasi timbel, ikan asin, ayam goreng, sambel, lalab, sayur asem dan kopi. Setelah itu kita lihat video trip ’76ers ke Bali. Wow…. Keren sekali! Kita anjurkan Rubby perbanyak, kita pasti ingin memiliki.  Harus ada dong ganti ongkos produksi. Rubby bilang, biar angkatan lain pada ngiri dengan kekompakkan kita! Bener-bener! Kekerabatan itu nggak bisa di invest dengan uang saja! Ada perkara hati yang tulus, niat yang baik dan kesediaan untuk membagikan waktu bersama. Wah…. Kok gue sok bijak gitu ya!

Tapi inilah yang aku bisa lakukan buat kalian, bikin laporan kunjungan! Prinsip jurnalistik 5W+H sudah terpenuhi atau belum nggak masalah kan?
Nggak pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar gaya Yus Badudu, nggak apa-apa kan?
Sekian dulu.

Depok, 4 Februari 2007.

Ida.s.Syahranie  


MOU TELANJANG DADA

MOU TELANJANG DADA



Bikin KSU ‘76
Satu hasil Bali Tour angkatan ’76 FIS UI (sekarang FISIP) adalah ter bentuknya Koperasi Serba Usaha ’76. Pengumuman terbentuknya KSU ini di Kamandalu Resort & Spa saat acara makan siang di sana (27/01/2007)

Dengar-dengar dari Lubis (Ucok), mereka para Bapak-Bapak’76 ada yang meneruskan pembicaraan setelah bubar makan malam di Bonsai Café.(26/01/2007). Rupanya atur-atur siapa jadi pendiri, pengurus dan beberapa hal lainnya berkaitan masalah koperasi..


Nggak terima protes.
Saat nama-nama pengurus diumum kan oleh Djoko Purwongemboro aku agak kaget juga, kok aku jadi pengurus (wakilnya Ernie, Sekretaris), nggak ada yang permisi, minta kesediaan gitu. Aku angkat tangan mau protes dong. Eh si Mas Djoko bilang nggak bisa terima protes! Harus mau, demi ‘76”

Lubis bilang ” Sudahlah Da, terima aja” Dia nggak tahu ya aku trauma sama rencana koperasi yang dulu! Betul lho, nggak bohong. Dulu aku pernah nulis di milis, ‘pengalaman menyebalkan’ bikin koperasi dengan teman-teman ’76.

Ya sudah, karena beberapa teman seperti Bambang, Asronald juga meyakinkan aku bahwa koperasi ini lain. Bedanya apa?

“Awas ya, kalo main-main lagi kaya dulu!”
“Baik figure maupun komitmennya serius. Dulu sudah sejarah Da! Lupakan aja” bujuk Lubis.

“Awas ya, kalo main-main lagi kaya dulu!” ancamku. “Dulu aku dikadalin sama kadal!” omelku ke Lubis, sambil menyusuri jalan kecil asri di sekitar Kamandalu Resort siang itu.
“Aku jamin nggak begitu lagi Da!” kata Lubis, yakin banget.

Armeyn, Baby, Luki sibuk!
Hari itu diumumkan sama Djoko sang ketua koperasi bahwa ada iuran wajib pada anggota, dll. Juga permintaan untuk pinjam KTP untuk difoto copy. Maka siang itu, Armeyn yang jadi Manager Koperasi sibuk pinjam KTP teman-teman ’76.

Sedang Baby yang jadi Bendahara bersama Luki (Wakil) sibuk mencatat pemasukan iuran anggota. Belum satu jam semua sudah terkumpul.

Persyaratan pembentukan koperasi sudah terpenuhi. Aku sama Ernie, masih bisa tenang menikmati makan siang. Belum ada kerjaan buat sekertaris dan wakil kok!

Tapi mau tanya nih Pak Ketua “Ada mobil jabatan nggak ya?” he he becanda !


Tanda tangan di pinggir kolam renang.

Besoknya (28/01/2007), sebelum check out dari Sari Sanur Resort, aku, Etun, Darya, dicegat sama Armeyn, Djoko, Arief, Anton, Thamrin, Halim, Lubis dan Ucok yang lagi santai di bawah payung pinggir kolam.
Aku sebenarnya mau motret mereka, makanya mendekat.
“Sini, Da tanda tangan berita acara pembentukan koperasi dulu” kata Djoko.yang bernaung di bawah payung. Armeyn buru-buru menyodorkan selembar kertas pada kami.

Sret, sret, aku tanda tangan. Kami semua dengan dandan yang siap untuk pergi makan siang dong. Jadi terlihat oke kalo untuk acara formal gini.

Gaya Etun, kalo lihat foto juga okey banget sewaktu tanda tangan, Serius, dengan gesture yang formal. Semoga dia jadi Dubes, Seperti sedang tanda tangan MOU mewakili RI deh. Arief juga dengan cara yang serius, pakaian rapi.

Tapi MOU ini juga ditanda tangani sama Bokir (Nashri Yunus) yang baru keluar dari kolam renang. Pakai celana pendek warna hitam, bertelanjang dada. Jadilah penanda tanganan MOU TELANJANG!

Tapi jangan diartikan kita sepakat telanjang lho! Aku sempat ambil foto tentang ini. Ada yang serius, ada yang lucu

Jadi memang akhirnya aku percaya, KSU ini memang beda seperti kata Lubis. Yang pasti beda adalah, didirikan memang oleh beberapa orang tapi semoga didukung oleh semua angkatan ’76. Semoga.

Sekian.
Depok, 7 Februari 2007

Ida S. Syahranie

Airport VIP room



Kumpul di Ngurah Rai, International Airport

Minggu pagi tanggal 28 Januari 2007, hari terakhir tour.angkatan ’76 FIS UI. Menurut program tertulis, peserta bebas melakukan kegiatan, yang penting berkumpul di Ngurah Rai Arport jam 14.00 WITA.  Tapi ada program baru, Titta dan Sulistiono mengundang makan siang bersama di café Wayang. Jadi wanti-wanti panitia mengharap semua peserta tour untuk kumpul di sana jam 12.00. Sayang tak semua bisa, misalnya, Linda, Debby dan Endel, jam enam sudah check out, pulang ke Jakarta dengan Garuda. Tina kemudian menyusul pada jam 10.00.

Setelah makan siang yang seru di Café Wayang, masih kawasan Sanur, Denpasar, peserta Bali Tour  angkatan ’76  dengan beberapa mobil berangkat ke airport Ngurah Rai, untuk kembali ke Jakarta. Junus yang sudah jadi warga Denpasar turut mengantar hingga airport, juga  Pak Demi, senior kita dari angkatan ’73 yang kebetulan sedang bertugas di Bali. Juga Ine’74, senior kita, yang seangkatan dengan Manenda dan kini bermukim di Denpasar.

Etun mengantar aku dan Darya ke airport bergabung dengan teman-teman lainnya. Etun akan berangkat dengan pesawat lain, beberapa jam lebih lambat. Di airport sudah ada Anton, Manenda, Astari, Dhay, Rory, Anita, Baby, Jaya, Armeyn, Dolly, Ucok, Bambang KB, Nur,  Iwan, Halim, Thamrin dan Harry.

Kembali Anton sang tour leader yang tambah jabatan jadi ketua angkatan ’76 FIS UI mengabsen! Lengkap dan kemudian kami check in di counter Sriwijaya Air. Tetap Anton yang melakukan semua prosedur. Aku dan teman-teman hanya duduk manis, jaga barang bawaan masing-masing. Bawaan kami sudah nggak dibatasi lagi sama Anton kok! Asal bawa sendiri aja.

Contohnya Rory, sudah tambah 3 potong barang. Jadi dia harus handle 4 dengan tas cabinnya. Ada 2 tas besar dari kain dengan isi sangat padat dan berat, satu dos besar juga terlihat berat. Aku sendiri tambah satu bawaan, lukisan dinding, ukuran sedang. Para Bapak-Bapak tak ketinggalan heboh. Masing-masing menyandang tas kain khas Bali. Isinya tentu aja oleh-oleh buat keluarga. Dhay juga dengan tas berisi gulungan matras yoga. Weleh…weleh!

Aku sebetulnya nggak ngerti, tiba tiba mendengar Anton meminta kita  semua keluar lagi dari ruang tunggu. Ada apa?
Oh… rupanya kita akan menunggu di VIP Room. Nggak salah nih?
Beriringan , kaya bebek,  kita keluar lagi dari ruang tunggu, mengikuti Anton.

Diluar,  rupanya Junus masih ada. Anton dan Junus berunding lagi. Aku memantau mereka dari jarak kurang 5 meter. Lalu Anton segera kasih pengumuman,  ”kita masuk lagi ke ruang tunggu”.
 Haah?! Apaan sih? Kok ngebingungin deh! Aduh, mana bawaan berat banget. Ibu-Ibu mulai cemberut!

Aku inisiatif tanya ke Junus. “Nus, sebenarnya kenapa sih?” aku tanya dia sambil betulin tali tas dibahu, berat.
Junus kalem menjawab ”VIP Room itu tempatnya jauh Da. Kalo jalan capek. Lagi nggak ada mobil” kata Junus kebapakan sekali. Jadi inget Babe gue almarhum, kalo dia membatalkan janji karena harus pergi tugas.  
Oh… gitu toch. Ya sudah masuk lagi aja. Jadi kami siap-siap masuk lagi ke ruang tunggu.

Tapi entah dari mana datangnya, ada seseorang pria, muda dan ganteng mencari Anton sebelum kita sempat masuk lagi ke ruang tunggu. Dia inilah yang akhirnya menyediakan mobil untuk mengangkut kami ke VIP Room.
Mobil biru jenis Avansa mendekat, akan mengantar ke VIP Room.

“Ibu-Ibu duluan” kata Anton memandu. Maka masuklah kami ke mobil.  Astari, Darya, aku, Dhay, Baby, Anita dan Rory. Manenda juga. Kami sudah meningkat status nih, VIP persons!
Mobil juga diisi dengan tas –tas kami dan oleh-oleh. Bisa kan membayangkan, betapa mobil itu penuhnya? Kami teriak-teriak, ada yang ketindihan, ada yang kegencet! Ukuran kami kan sudah bukan under develop lagi.
Aku lihat supir Avansa senyum-senyum, si Mas Ganteng, yang rupanya staf Angkasa Pura juga cengar-cengir.

Mobil melaju ke arah VIP Room melalui dua pos penjagaan.
Ketika Pos 1 , mobil kami dihentikan, pintu mobil di buka. Aku melihat dua petugas security senyum-senyum. Bisa jadi dia heran, kok  orang-orang VIP ini naik mobil untel-untelan. Atau bisa jadi mereka pikir, kami semua calon TKI yang mau ke Arab!

Mana kita perduli dengan senyuman mereka.
Cuek aja, VIP passengers kok sekarang.

Ketika melewati Second security gate juga sama image mereka. Kaget dengan isi mobil yang berdesakan! Tapi kami tetap ber ha ha hi hi di dalam mobil, biar kaki gue ke injek Baby. Darya yang slim banget ketindihan Rory yang ukurannya sekarang Mantab banget. Anita duduk rada kedepan, nggak bisa bergerak.

Begitu sampai di depan gedung ruang tunggu VIP, pintu mobil dibuka, senyum manis petugas sekali mengembang!  Dengan handy talkynya menunjuk ke suatu ruangan berpintu besar.  Monggo!
Kami angkat barang masing masing, persis kaya kuli peron Kereta Api. Lupa bergaya VIP persons. Beneran ...lupa!
Lupa berjalan anggun atau pasang muka angker dan wibawa!
Kaki kesemutan nih!

Kami langsung jalan cepat-cepat menuju pintu ruang tunggu yang sudah terbuka lebar.

Beberapa teman sudah ada di VIP room sana. Di meja sudah terhidang kopi hangat dan kue. Ruang tunggu juga menghembuskan udara segar, dingin AC. Ih….. emang enak ya jadi VIP passengers.

Tapi kami nggak lupa jati diri kok! Di ruang itu masih menunjukkan identitas ’76 FIS UI yang lagi tour. Di ruang ini Anton juga duduk, kecapekan, tapi masih terus menghitung duit! Masih terus digangguin sama Anita dan Rory! Senyum Ton!

Selain menghabiskan kopi dan kue yang dihidangkan, kami masih juga makan sekotak roll cake keju. Katanya Bambang, kue ini oleh-oleh dari Asronald dari Medan. Kayanya enak nih! Karena pinjam pisau kue  nggak datang juga, aku inisitif memotong kue pakai sendok kecil. Semua akhirnya minta dipotongkan juga & mencicipi. Sekotak kue itupun dalam waktu singkat habis. Wah.. ini doyan apa lapar sih? Dua-duanya deh!

Sambil menunggu waktu keberangkatan pesawat, kami masih motret-motret dengan background VIP Room. Norak banget ya!
Biarin, EGP ! Jam 16.00 kami berangkat dengan bus cukup besar menuju pesawat Sriwijaya Air.

Maaf ya, kami VIP Passengers sih, jadi kalian terpaksa tunggu kami datang baru boleh berangkat! Di deret depan sudah duduk dengan wajah gelisah, Deswita Maharani, artis yang mantan tunangan Taufik Hidayat. Juga seorang pelawak Cagur, namanya aku lupa. Kebetulan, sewaktu berangkat Jum’at lalu, mereka juga satu pesawat dengan kami.

Saat kami kembali ke Jakarta, perjalanan sangat menyenangkan. Udara cerah, tidak ada goncangan ketika pesawat di angkasa. Di dalam pesawat, kami masih juga terus bercanda, mungkin membuat penumpang lain kesal. Sewaktu aku berdiri dan menengok ke belakang, seseorang yang duduk disana melambai dengan semangat. Luki! Oh…. Rupanya Luki dan Erni ada di pesawat yang sama.

Hujan rintik menyambut kami di Bandara Soekarno –Hatta, Jakarta.

Ini akhir tour angkatan ’76 ke Bali. Ketika pesawat mendarat,  turn on HP masing-masing, kami sudah mendapat SMS atau telpon dari keluarga. Ada yang suami atau supir sudah menunggu di parkiran. SMS dari anak-anak, SMS dari kantor. Kami kembali akan menjalani rutinitas. Bukan VIP persons lagi. Cukup lah sudah!

Sekian

Depok, 7 Februari 2007

Ida S. Syahranie





Kita sudah sampai dimana sih Mbak?

Kita sudah sampai dimana sih Mbak?

Hari terakhir tour angkatan ’76 FIS UIdi Bali adalah yang paling heboh di Bandara maupun di pesawat selama penerbangan.

Bukan karena ada pelawak Cagur yang satu pesawat dengan rombongan Bali Tour angkatan ’76 FIS UI. Sama sekali nggak ada hubungannya!

Aku, Baby, Darya, Anita, Astari, Manenda duduk satu deret, di 5A sampai F. Selain mentertawakan Rory yang berojek ria ke Pasar Sukawati, juga mentertawakan Anton yang tanpa sadar selalu senyum seakan sedang beryoga. Ya...satu acara tour adalah latihan yoga bersama, sunrise yoga. Instrukturnya selalu minta kita senyum.

Di pesawat, kami juga menjahili Darya dengan ledekan soal dia tak kebagian lemper pada saat berangkat. Juga kemungkinan nggak kebagian snacks lagi saat pulang ini.

Ada kejadian yang unik dan membuat kami senyum-senyum. Bahkan masih suka meledak tertawa, saat bertemu di Jakarta, padahal hanya ketika saling pandang, Lalu teringat kejadian di atas pesawat. Misalnya waktu aku ketemu Darya saat pergi ke Cianjur (3/02/2007). Habis lucu sih!


Rombongan ‘Anton’ di Soekarno-Hatta Ariport, 26/01/2007

Saat itu, pesawat sudah mengudara kurang lebih 20 menit, Pramugari baru selesai membagikan snacks. Gadis–gadis cantik berseragam merah itu melewati gang deretan kursi penumpang dekat kami. Seseorang bertanya pada Pramugari. Darya sangat jelas mendengarnya. Aku samar-samar, tapi pasti

Pertanyaannya sih logis banget!
Begini: ” Mbak, kita sudah sampai mana?”
Mbak Pramugari terlihat agak kaget atas pertanyaan itu. Mungkin jarang sih ada penumpang pesawat udara yang tanya seperti itu!

Kan ini pesawat udara, bukan bis kota atau bis malam! Dia tentu saja nggak bisa jawab dong, Lagipula jendela di luar tak memberi indikasi suatu daerah. Mbak Pramugari nggak bisa jawab spt ini, misal lho!
“ Pesawat sedang melewati Alas Roban, Jawa Tengah, mas! Atau
“ Sebentar lagi Halte Bis Pasar Genjing, Pramuka!” Edan!

Mbak Pramugari yang gelagapan akhirnya punya jawaban jitu setelah beberapa detik linglung!
“ Nanti ya Mas, saya tanyakan sama pilot” katanya, manis banget!

Darya yang lapor ke gue hasil reportasi dia (nguping, maksudnya) soal itu, nggak tahan tertawa ngakak! Aku tentu aja sakit perut, mules kebanyakan ketawa, lucu banget ya!

Kata Darya, ekspressi yang nanya itu polos banget dah! Mungkin dia ada niat mau mampir di Brebes dulu, beli telor asin! He…he..he.

Cuma sampai saat terakhir, Pak Pilot nggak juga kasih jawaban. Rupanya si penanya nggak terlalu nuntut. Dia malah kedapatan tertidur lelap. Wakakak!

Mungkin mikir juga, sebodo amat, sampai mana kek! Tidur aah! Yang nggak bisa tidur di pesawat ya kami ini, cekikikan melulu! Tentu aja ingat pertanyaan lucu itu!

Sekian

Depok, 10 Februari 2007

Ida

Absen dulu sebelum masuk ruang tunggu


Balistory-01

Absen dulu sebelum masuk ruang tunggu


Intan dan Tina nggak masuk rombongan
Peserta Bali Tour angkatan ’76 FISIP UI trip kedua yang berangkat tanggal 26 Januari 2007. Kami, terdiri dari Anton Natakusumah, Asronal Siregar, Harry Parwanto, Thamrin, Nashry (Bokir), Halim Sabri, Bambang KB, Jaya Sidabalok, Armeyn, Nurbachri, Iwan Stefanus, Lubis, Abdullah Husein (Dolly), Rory, Astari, Anita, Darya, Manenda (1974), Farida Sanjaya (Baby), Linda Wahjudi (Dhay) dan aku (Ida). Hanya minus Intan dan Tina nggak masuk rombongan.  Intan karena sesuatu hal tidak berangkat. Sedang Tina karena ada teleconference dengan clientnya  terpaksa cari pesawat lain dan berangkat jam 14.00 WIB.

Rombongan pertama sudah berangkat sehari sebelumnya, itu para panitia, Erni, Lies, Luki dan Arief, Binky dan Krishna plus Rubby serta Lenny yang dua hari sebelumnya sudah datang dari AS. Peserta non panitia yang juga tiba di Denpasar adalah Debby, Linda Tobing dan Renny (Endel).

Bisnis travel & tour agent
Rombongan terbesar angkatan ’76 yang ke Denpasar ini menggunakan pesawat udara dari Sriwijaya Air. Dipandu dengan sangat professional oleh Anton. Kang Anton Natakoesoemah ini memang sangat teliti, detail dan akurat. Pokoknya kalo mau bikin bisnis travel & tour agent pasti bisa sukses deh. Ini bukan basa basi lho.

Para peserta sudah dapat pesan pendek ‘SMS’ dari ‘Akang’ ini yang sebenarnya nggak ‘short’ lagi tentang tata cara trip ini. Misalnya jadwal check in, barang bawaan yang nggak boleh masuk bagasi,  dll. Peserta diabsen Anton segala lho! Okey banget deh pokoknya. Bahkan setiap peserta dapat foto copy daftar peserta dan acara selama di Bali. Apalagi disetiap dada peserta ada pin yang aku bagikan. Pin ini aku buat kira-kira duapuluh hari sebelum berangkat. Ada dua warna. Yang berangkat tanggal 26 Januari aku kasih yang warna dasar hijau. Yang lain dapat warna dasar abu-abu.

Ngepel lantai di airport Ma?
Pokoknya rombongan ini tahu beres. Cuma perlu melalui procedure pemeriksaan barang lewat X Ray, yang lain urusan check in semua Anton yang kerjakan. Kita tinggal jalan ke ruang tunggu.
Anita yang dari Bandung mengaku berangkat dari Bandung setelah sholat subuh. Anak-anaknya menggoda dia. “Memang Mama mau ngepel lantai di airport? Kok pagi banget kesana?” Tapi Nita sudah nggak peduli komentar mereka, dia langsung berangkat naik bis Primajasa dari Bandung ke Airport Soekarno-Hatta. “Daripada terlambat, bisa-bisa ditinggalin Anton” katanya, sambil tertawa waktu cerita sama aku di ruang tunggu 6 B. 
Bener juga! Ternyata bukan Anita aja yang ‘takut’ sama Anton. Aku juga, dan Manenda. Mungkin juga peserta lainnya. Gimana nggak takut? Ticket kita kan di pegang dia semua. Kalau kita terlambat dan dia beneran ‘tega’ tinggalin kita gimana? Masa nggak jadi ke Bali! Tengsin abis kan sama orang rumah! Padahal sudah pamitan mau ke Bali, liburan pula ceritanya. He  he  he. Pamitan? Ih…kaya naik haji aja ya!

Anton, I am coming!
Aku berangkat ke airport jam 09.00 naik bis Damri dari Kp.Rambutan. Kebetulan suami berada di Jkt, Sengaja pulang dari Denpasar buat gantiin aku jaga anak selama aku ke Bali! Suami belum berangkat ke kantor, jadi dia bantu mengingatkan aku waktu packing barang bawaan. Takut ada yang tertinggal. Waktu suamiku tanya soal ticket  dimana,  aku kasih tahu dia ada,  di pegang Anton, dia bengong sampai nasehatin aku.
“Ma, jangan tergantung dan merepotkan orang lain dong”. Aku jelaskan bahwa Anton itu panitia dari ’76. Dia orang yang mau direpotkan sama kita semua. Sambil bercanda aku bilang “ Sorry ya Mas, kali ini aku sangat tergantung dengan Anton!” Dia ngakak ketawa! Dia tahu aku becanda, tapi sekalian pamer juga ke dia, kalo macam-macam sama gue, kayanya ada aja deh teman yang mau nampung gue! Emangnya air kali, pake ditampung segala!

Selama di perjalanan menuju bandara, aku SMS an  dan telpon telponan dengan Manenda. Dia bengong di bandara, nunggu di AW restaurant karena sejak jam  09.30 WIB dia sudah di airport! Padahal jam sebelas baru check in! Ini kelihatannya dia korban ‘ancaman’ Anton juga.
 
Setelah foto bersama rombongan masuk ruang tunggu. Sebagian besar makan siang dulu, karena waktu keberangkatan pesawat ditunda. Seharusnya berangkat jam 12.20 WIB menjadi 13.30 WIB. Benar-benar mengudara hampir jam 14.00 WIB.  Cuaca bagus, pemandangan di luar pesawat juga bagus karena cerah, tak banyak berawan. Agak sedikit ‘bergetar ‘ saat mendekati pulau Bali. Secara keseluruhan ini penerbangan yang enak banget. Waktu pesawat ‘touch down’ di airport Ngurah Rai Denpasar oke, getarannya halus.

Soal telat berangkat, aku maafin deh. Karena selama nunggu di gate 6 sama sekali nggak bosen! Becanda terus!

Demikian reportase jurnalis freelance’76 tour ke Bali session 1. Masih mau yang lain nggak? Kalo nggak gue baca sendiri aja, gue senyum-senyum sendiri aja!
Daag!


Ida S. Syahranie
Depok ,  29 January 2007

Rory, naik ojek ke Pasar. Sukawati. Ketinggalan bus?.

Rory, naik ojek ke Pasar. Sukawati. Ketinggalan bus?.

Ini baru berita, Rory Panggabean, naik ojek ke Pasar Sukawati!
Ke pasar barang seni di daerah Gianyar, Bali? Para peserta tour Angkatan ’76 FIS UI kan menginap di Sanur, Denpasar.

Apakah Rory ketinggalan bus rom bongan ‘76? Masa nekat naik ojek ke Pasar Sukawati demi beli oleh-oleh? Nggak salah Bu? Heran kan!




Benar kok, Rory naik ojek!
Dia mengaku sendiri sama aku.
Pasalnya setelah makan siang di Kamandalu Resort & spa, Ubud peserta yang menumpang bus ditawari panitia apakah mau mampir di Pasar Sukawati yang baru. Kata pak supir, bus akan melewati tempat itu. Semua peserta setuju dan semangat banget.

Kebayang kan segala pernak pernik accessories, baju-baju, patung, lukisan. Soal belanja, rupanya kese pakatan paling gampang diambil. He… he … he

Semua peserta turun bus, menuju pasar. Nggak ada shopping list sama sekali. Ini acara mendadak. Dalam fotocopy program yang dibagi Anton, acara ini memang nggak ada.

Rupanya Rory ada problem cash! Kok ATM Bank BNI di situ belum ada? Dia sebagai eksekutif Bank BNI tahu di Pasar Sukawati yang lama ada ATM Bank BNI. Jaraknya kira-kira 3 kilometer. Kesana pakai apa?

Ojek! Rory ambil keputusan pakai jasa transportasi paling lincah dan fleksible ini. Dia dekati seseorang yang sedang nongkrong di atas sepeda motor. Minta diantar ke Pasar Sukawati lama. Sebut aja “Bli Ojek” gitu ya.

Menurut Rory, ternyata orang itu bukan tukang ojek! Rory juga bilang ke ‘Bli Ojek’ itu cuma mau ambil barang di sana, bukan mau ambil duit!

Singkat cerita, Rory ke Pasar Sukawati naik ojek! Nah sesampai di sana, dia turun dari motor dan pesan ke “Bli Ojek’ untuk tungguin dia.

Rory lari ke ATM Bank BNI yang kebetulan kosong. Nah…. Ini yang nggak habis dipikir sama Rory, dia masuk ke ATM pake helm! Padahal kata dia itu kan menyalahi aturan! Aduh Inang! Demi oleh oleh buat keluarga, sampai lupa ya aturan yang dibuat sendiri. Coba kalau ketahuan ya sama CC TV. Rory mengaku cepat-cepat kembali ke Pasar Sukawati yang baru, khawatir juga ditinggalkan bus!


Apa oleh-oleh yang dibeli Rory benar-benar menakjubkan banyak nya! Detailnya aku nggak tahu apa saja. Tapi yang terlihat waktu pulang adalah, selain tas pakaian ada dua tas besar ukuran panjang satu meter lebih. Tas dari bahan kain kotak-kotak. Besar dan berat. Ada satu dus lagi

Waktu tiba di Bandara Soekarno Hatta (28/01/2007) satu trolley isinya barang Rory semua. Kita semua sebut dia “Inang Rory” Dia sih senang aja, malah minta aku potret dia berdiri di samping trolley barang bawaannya.

“ Tulis tentang gue dan barang oleh-oleh ini di milis ya Da” pinta Rory ketawa-ketawa. Astari dan Anita yang mendengar permintaan Rory selain turut tertawa juga kasih saran judul tulisan. “Rory, Before–After, Da cocok tuh”. Maksudnya sebelum berangkat satu tas jinjing sesuai pesan Anton. Afternya adalah, trolley yang penuh barang. Aku nggak tahan juga tertawa. “Ya… ya, tunggu aja ya! Pasti gue tulis. Makanya di milis aktif ya Inang!” jawabku sambil nenteng tasku meninggalkan Rory yang repot banget dengan bawaannya. Ada batas penggunaan trolley, dia kelimpungan! Gimana bawanya ya! Maaf nggak bantuin ya! Abis yoga, pegel nih!

Sekian.

Depok, 6 Februari 2007

Ida S.Syahranie

Anton ‘Yoga’ Natakoesoemah, senyum


Anton ‘Yoga’  Natakoesoemah, senyum


 Susah bangun
Salah satu acara  tour ke Bali adalah Sunrise Yoga yang dikordinir sejak jauh-jauh hari oleh Binky. Semula penambahan peminat Yoga sangat sedikit. Dengan ‘campaign Binky dan nasehat Oge , ternyata  17 peserta tour mendaftar. Bapak-bapak peser ta juga lumayan banyak, tak terpeng aruh, godaan Henk yang nggak ikutan tour (sedang tugas di Belanda) rupanya dengan tulisannya di milis bahwa Yoga hanya buat Ibu-Ibu.

Jam enam pagi Binky mengetuki setiap kamar peserta yoga.. Satu per satu peserta yoga muncul dengan berbagai macam pakaian olah raga. Instruktur  Yoga, Pak Made (lupa nama lengkapnya) dan Bu Christine, contact person Binky untuk urusan yoga ini sudah siap dengan mem bawa matras. Peyoga hari Sabtu pagi itu adalah Binky, Etun, Rory, Lenny, Baby, Lies, Dhay, Luki, Tina, Ida, Anton,  Arief, Asronald, Bam bang KB, Dolly, Lubis dan Nurbachri,

Arief yang semula takut tak bisa bangun pagi ternyata hadir di lokasi yoga yang berada dipinggir kolam renang. Asronald yang katanya Bambang KB jadi males bangun, akhirnya muncul juga.

Udara pagi Sabtu itu (27/01/2007) segar sekali. Selain peserta yoga yang sudah siap in action, yang lainnya masih di kamar masing-masing. Masih jam Indonesia bagian Barat, Masih ngantuk karena kata nya sih, ada yang baru aja tidur, meneruskan ngobrol setelah makan malam bersama plus diskusi yang bubar tengah malam. Kecuali Krishna, kelihatannya menemani sang Nyonya bangun pagi, sekalian jogging kayanya sih!

Cowok pilih posisi belakang
Lokasi yoga dipilih di pinggir kolam renang di lingkungan dalam Sari Sanur Resort, Kolam renang ini dike lilingi oleh bungalow tempat peserta tour menginap. Tempatnya asri. Disi tulah matras-matras khusus yoga digelar, mengelilingi setengah ping giran kolam.

Masing2 peserta mulai duduk diatas matras. Baris depan Ibu-Ibu  semua, kecuali Binky yang ambil posisi agak di belakang. Bapak-bapak mengatur diri di posisi belakang. Mengapa demikian, aku baru tahu alasannya ketika bikin trip ke Cianjur!

Dari hasil ngobrol dengan Bambang KB, Anton dan teman-teman di mobil Anton waktu menuju ke Cianjur (3/02/07), ketahuanlah Bapak-bapak sengaja pilih lokasi itu. Bukan karena mengalah pada Ibu-Ibu kok!  Mereka rupanya sedang ‘comparative study’! Atau lebih tepatnya melihat perkem bangan teman-teman cewek ’76 yang ikut yoga ini. Istilahnya “Before and after” gitu! Tentu saja dalam ‘body development’. 

Aku jadi curiga, bayar yoga mahal mahal buat yoga buat apa ya?  Katanya sih komentar mereka bera gam: Katagorinya adalah: ada yang menciut, ada yang maju pesat kelebihan gizi, ada yang tetap dsb. Ngawur banget deh! Tapi itulah, semua  teman kita juga.

Disuruh senyum
Beberapa gerakan yoga diajarkan instruktur, salah satunya adalah disuruh  gerakan seperti dogi dan mengeluarkan suara  au au aem  gitu. Juga diminta senyum! Senyum terus ya, pesan instruktur kita itu. Dia orangnya kalem. Ya kita nurut deh, senyum juga sambil tarik nafas. Nikmati nafasnya, katanya lagi. Ya deh Bli!

Nah soal senyum ini jadi bahan tertawaan kami ketika berada di pesawat pulang menuju Jakarta. Terutama Rory yang selalu bilang dan suruh Anton, “Anton, senyum dong, teruuus senyum”

Anton memang senyum terus, dia nggak pernah cemberut. Kata Rory, kalau dipikir-pikir, Anton mirip banget sama Pak Made. Waktu aku lihat Anton, iya ya… kok ada juga persamaannya! Sama-sama lelaki! Yang lain kayanya enggak ada deh. Tapi Rory maksa, ya udah! Toh Anton nggak protes, malah bagi-bagi senyum terus, menerapkan ajaran Pak Made kayanya.

Gulungan matras!
Beryoga pagi itu enak sekali. Gerak annya belum terlalu sulit. Hanya ter nyata bikin pegal juga. Mungkin agak kurang pemanasan atau karena ma lamnya kurang tidur. Maklum sudah lumayan sepuh.

Setelah Yoga, ada sessi jualan. Maksudnya  beberapa peserta yoga beli perlengkapan yoga pada Bu Christine. Ada matras yang warna warni, ada tas untuk matras, ada juga alat untuk penenang mata lelah.

Maka ketika pulang ke Jakarta, para peyoga sangat kentara, Dibahu masing masing ada bergantung tas jaring berisi gulungan matras yoga. Ada yang biru, hijau, pink, ungu, hitam. Kelihatan professional gitu deh! Pasti niatnya mau mempraktekkan yoga sepulang dari Bali. Kalo sempat, nggak janji lah ya! Yang penting perlengkapan dulu harus ada. Karena ada alat, kita jadi bisa serius ber yoga, Bener juga.

Seandainya bisa, kita teruskan yoga bersama oke juga nih! Tapi jangan niat mau research before –after lagi ya Bapak-Bapak. Sekian dulu.

Depok, 6 Februari 2007

Ida S.



Ikan bakar Lenny & Binky. Ordernya mana Maam?

Ikan bakarLenny & Binky.Ordernya mana Maam?

Ikan bakar
Makan malam bersama tang gal 26 Januari 2007 peserta tour Angkatan ’76 FIS UI ke Bali di café Bonsai berlangsung meriah. Masih ada sisa cerita tentang kejadian kecil selama makan malam disitu buat teman-teman yang tak ikut serta. Atau yang duduk jauh, di ujung meja yang lain dari kami. Sisi yang dekat pantai lebih banyak diisi cewek-cewek. Diantaranya Linda, Debby, Renny, Tina, Binky, Lenny, Darya, Rory, Anita, Luki , Manenda, Uchi, Ita dan aku (Ida).
Order makan malam berdasar kan selera masing-masing. Aku dan Tina pesan salad dan air mineral, Manenda pesan spaghetti, Linda nasi dan capcay. Sedang Lenny dan Binky mengaku pesan ikan bakar.
Soal ikan bakar ini, Binky yang duduk dekat aku kasih pujian. “Enak Da, apalagi sambelnya” kata Binky yang duduk di sebelah kanan ku. Mungkin dia kemarin malam sudah mencicipi, karena dia dan Krishna datang duluan ke Sari Sanur Resort hari Kamis, 25 Januari 2007. Aku rada nyesal juga, kenapa malah pesan salad ya!

Luni, Looney(toon) dan Bu Halimah?
Okelah, semua order makan an sudah datang. Kita makan dong sambil ngobrol-ngobrol dan motret-motret. Bercanda dan tertawa. Pramusaji juga jadi objek tertawaan kita disini. Waktu dia cari siapa yang namanya Luni or Looney (bego). Looney(toon)? Jadi ingat film cartoon. Ada looneyversity nya kan!
Mungkin maksudnya Lenny! Juga waktu dia cari Halimah! Kita bingung, kok nggak ada yang nama nya Bu Halimah angkatan ’76 ya?
Jangan-jangan ada yang bawa isteri ke acara tour kita tapi belum dikenalin sama kita? Usut punya usut …oh…….ternyata maksudnya Halim Sabri!!
Halim doang…… ngak pake ah!
Ya …ampuuun! Hi…. Hi…. Hik!

Siapa yang order ikannya?
Kita semua hampir selesai makan, pesanan Lenny dan Binky belum juga datang. Maka komentar pun beragam. “Sabar ya! Ikannya masih mau ditangkap di laut lah!” .
Ada yang nyeletuk “ Mungkin order taker nya lupa!”
Setelah sekian lama menunggu,ikan bakar pesanan mereka nggak juga muncul, “Lho…dibikinin nggak sich?” Akhirnya salah satu dari Lenny atau Binky inisiatif tanya ke pihak café dong. Ternyata…. mereka berdua belum order! Ya tentu saja makanan nggak akan disajikan dong! Mungkin, Lenny kira Binky yang order. Sementara Binky punya pikiran yang sama dengan Lenny. Jadi ini soal giving order aja kok.
Pesanan ikan bakar Lenny dan Binky beserta nasi putihnya datang kok. Emang enak kelihatannya. Aku mau ah nanti order ikan bakar juga, kalau tour lagi ke Bali. Kita bikin tour lagi ya, please!
Sekian

Depok, 1 Februari 2007

Ida S. Syahranie

Makan malam & buka bukaan



Makan malam & buka bukaan

Caption: Suasana makan malam, 26 Jan 2007, Café Bonsai, Sanur Denpasar. Lihat serbetnya deh. Orange. Menghadap camera: Binky, Tina & Lenny. Di sisi kiri, sedikit dari wajah Linda dan Luki. Sbg fotografer gue gaptek, jadi foto ini harus diganti dengan foto2 Arief or Rubby,

           


Serbet orange
Makan bersama di Jum’at malam saat tour ke Bali angkatan ’76 seru sekali. Bukan hanya karena makanan di café Bonsai nya okay tapi suasananya. Setelah makan malam bersama sewaktu kita masih kuliah, di Wisma Panca Niaga, Puncak sekian puluh tahun lalu, maka ini pertama kali kita makan malam bersama lagi.

Lokasi café ini persis di halaman Sari Sanur Bungalows tempat kita menginap. Dipinggir pantai. Disekitar halaman café banyak pot tanaman bonsai. Kita semua duduk mengelilingi meja panjang bertaplak putih dengan serbet baru warna orange. Kelihatannya ‘special’ banget di atur  oleh Denny sang pemilik café untuk menyambut kita. Semua peserta sudah hadir di meja makan.  Semua kelihatan sudah segar dan ceria, setelah istirahat sejenak di kamar masing-masing begitu sampai di bungalow.

Binky, duduk pegang serbet, Berdiri dari kiri ke kanan: Lenny, Ida, Tina, Anita da Rory. Menjelang makan malam di Bonsai Café, Sari Sanur Bungalows, Denpasar, 26 Januari 2007.


“Satu ..dua.. tiiiiga!”
Camera still atau video terus merekam moment makan malam ini. Ada Luki dan Ruby dengan handycam, Arief dan lainnya dengan camera still. Hampir semua jadi fotografer dan sekaligus jadi selebritis. Selalu terdengar suara “Camera, Action! “ atau  “Ya…ya satu…dua…tiiiga!”  Clik. Lalu lampu menyala menyinari wajah-wajah teman-teman yang bahagia bertemu lagi dengan teman semasa kuliah.
Mungkin ada yang ingin foto berdua saja, tapi nggak akan berha sil. Karena setiap ada yang pasang aksi, langsung kita nimbrung, jadilah foto bersama. Selalu begitu. Seru kan !! Lagian foto berduaan aja,  emangnya mau foto honeymoon!


Ketua angkatan ‘76

Setelah menikmati makan malam, acara inti adalah ‘diskusi’ itu menurut fotocopy acaranya Anton. Jangan dianggap serius! Intinya setelah pengantar dari mantan Ketua Angkatan kita, Mr. Junus Susilo Resowidjojo, lalu acara mem perke nalkan diri kita lagi plus menambah informasi tentang kita. Pekerjaan, keluarga dll.  Komentator Utama di pegang Junus, tapi kita yang hadir nggak kurang kreatif. Kasih komentar juga! Minimal kasih suara “Huuuu!” atau tepuk tangan dan tepuk meja.

Nah, soal mantan Ketua Angkatan ’76 kita, Pak Junus ini, tampilannya tetap sama! Brewokan dan montok. Suka ceplas ceplos aja kalo ngomong. Kita nggak pernah pecat dia kan jadi ketua? Nggak pernah kita PHK juga kan? Lalu malam itu dia dengan gembira mendeklarasikan Anton Natakoe soemah menjadi pengganti dia.


Masa jabatan Junus’77–26 Jan 2007?
Barangkali Junus udah merasa kelamaan pegang jabatan itu? Kita tunjuk dia kalo nggak salah tahun 1977 waktu bikin acara kekerabatan di Puncak, nggak pernah diturunkan hingga kita bikin tour ini. Artinya 30 tahun? Nggak salah??

Barangkali Junus sudah capek jadi ketua? Bagaimana nggak capek? Dia kan pengurus sendirian! Diantara kita ‘76ers ada yang ingat nggak rezim Junus ini punya wakil atau sekretaris?
Atau yang pernah merasa diangkat Junus jadi sekretaris dia? Nggak ada kan! Hi… hi…hi!  Makanya silahkan aja Pak kalo udah capek! Nggak ada yang protes mau serahkan ke Anton! Semua setuju kok. Lagipula Anton sudah terbukti kompeten.

Suksesi kepemimpinan berjalan mulus malam itu. Kita lihat Anton waktu itu yang berdiri di depan Junus cuma bisa pasrah aja deh. Mau apa lagi? Ini kan amanah kita semua! Kasiaaan deh lo!


Tour angkatan terbesar yang berhasil di organisir di FISIP UI

Menjelang jam sembilan Etun tiba, lalu Ita dan Uchi (angkatan ’75) kemudian Sulistiono. Titta on the way, katanya. Jadi saat makan malam sudah berjumlah 40 orang. Itu terdiri dari Junus dan Denny sebagai tuan rumah. Binky, Krishna, Luki , Lies, Erni, Arief, Lenny ,Ruby Linda, Debby, Renny dari trip pertama yang datang Kamis 25 Januari 2007. Lalu Anton, Asronald, Astari, Anita, Armeyn, Bambang KB, Nashry (Bokir), Darya, Dolly, Harry, Halim,  Ida, Iwan, Jaya,  Manenda (’74), Nurbachri, Linda W, Lubis, Rory, Thamrin, yang datang di hari Jum’at sore, 26 Januari 2007. Lalu ditambah dengan Tina, Djoko, Etun, Ita, Uchi (’75), Tita dan Sulistiono yang datang berurutan dengan mengunakan pesawat berbeda.


Bikin iri angkatan lain

Berita kita bikin tour sudah aku sebar secara sengaja di FISIP UI sejak November 2006. Staf Humas FISIP terkagum-kagum, malah minta data kita. Beberapa teman angkatan lain bengong, iri karena mereka bikin reuni di Jakarta aja susah minta ampun. Boro-boro pergi ke Bali.

Ditambah dengan obrolan Tina yang ketemu Dr. Deddy Nurhidayat (’74) di bandara Soekarno Hatta, plus Manenda yang juga turut siaran, maka gaung  dan berita angkatan ’76 bikin tour jadi hot news. Angkatan ’85 yang terkenal sangat kompak juga         tergerak.

Aku cuma bilang pada mereka begini: “Kami sudah berumur, jadi ingin melalui hari tua kami dengan gembira. Bisa tetap memiliki teman di hari tua itu suatu rahmat. Kita tak keberatan menjadi tua tapi tak ingin kesepian, tanpa teman”

Jadi teman selalu ada saat kita semakin tua. Mungkin beberapa diantara mereka akan mengantar kita ke peristirahatan terakhir. Mungkin teman kita turut menaburkan bunga atau bahkan diam-diam menghapus air matanya dengan tissue saat tanah merah menutupi peti mati kita.


Buka-bukaan!

Pada saat perkenalan lagi, banyak komentar lucu, menarik . Ini juga moment buka-bukaan! Bukan buka baju! Tapi entah karena merasa harus jujur, terbuka sama teman atau karena ditanya sama Junus secara spontan. Pertanyaan atau komentar Junus kadang membuat kita tertawa, kaget, juga mesem-mesem.

 Contohnya begini: Dia cerita dia sudah berpisah dengan isterinya, dan menikah lagi. Sekarang isteri yang ketiga. Kemudian dia tanya Linda Wahyudi “Berapa milyard Dhay rugi waktu running bisnisnya?”. Lalu komentar dia tentang perubahan fisik kita cewek-cewek. Makin seksi lah, makin gendut lah etc. Nggak ada yang marah sih. EGP (Oge, itu artinya: Emang Gue Pikirin) semua dengan komentar Junus.

Teman lain seperti Djoko P juga buka bukaan soal karir dia hingga jadi Senator…. Eh salah jadi anggota DPR mewakili Provinsi Lampung. Dia ini tetap setia berjakun! Waktu di UI pakai jaket kuning, masuk Golkar masih jaket kuning juga. Juga beberapa teman yang bercerita tentang karir mereka, anak, isteri, suami.

Nikah telat

Yang lucu, dari teman-teman cowok banyak sekali yang mengaku ‘Nikah telat’! Haah? Emang mustinya kapan kalian pada nikah?
Yang cewek malah pede abis, nggak ada satupun yang ngaku telat nikah. Contohnya di Kommas, gue, Linda, Debby semua nikah diatas usia 29 tahun.

Teman-teman cewek jurusan lain gue rasa sama. Ada-ada aja teman-teman cowok kita ini! Lagian elo cari pasangan kemana-mana sih! Yang kreatif kan Krishna dan Dodo! Mereka, sudah bina hubungan sejak awal, teman seangkatan.

Dari beberapa interview dengan mereka para Bapak2 ini, ada yang nyesel lho! Asal cuap aja deh, gue rasa! Kira-kira begini jawabannya: “Yaah kalo tahu dia jadi makin cakep pas makin tua en bisa montok, gue pacarin deh!” katanya gitu. Nggak usah dipikirin ya Ibu-Ibu! Itu omongan Bapak2 yang STW.

Ilef sakit

Kita juga teringat begitu banyak teman yang karena tugas kantornya, karena sedang di luar negeri atau sebab lain tak bisa bergabung pada tour ini. Rusellef Rustam (Ilef) misalnya sedang sakit. Karena itu, secara spontan kita mengumpulkan dana. Hasilnya lumayan sebagai tanda kasih kita. Terus langsung buat rencana berkunjung ke rumah Ilef di Cianjur pada hari Sabtu 3 Februari 2007.

Jadi meski kita ‘berhura hura di Bali, kita tetap ingat kalian, teman-teman yang tak ikut tour” Makanya aku tulis di milis ini, laporan pandangan mata. Buat Oge di Breda dan para “Dubes” yang nggak bisa tinggalin tugas. Al, Tono, Rika, Henk, Adjeng, Ongky, Dewi. Juga untuk ‘76ers lainnya. Oleh oleh dariku! Arief, Ruby, Linda, dan teman-teman lain sudah kirimin foto untuk kalian kan. Aku kasih tulisan ini saja ya.

Sekian

Depok, 31 Januari 2007

Ida S.Syahranie

Dosen LUAR BIASA, BIASA DI LUAR, DI LUAR BIASA AJA, BIASA AJA DI LUAR (Part two)


Dosen LUAR BIASA, BIASA DI LUAR, DI LUAR BIASA AJA, BIASA AJA DI LUAR (Part two)

Menjadi Dosen Luar Biasa (DLB) FISIP UI yang non Pegawai Negeri Sipil menarik lho.
Apalagi kalau kita juga alumni. Karena tidak saja bertemu dengan mantan dosen kita dulu semasa kuliah, tapi juga bertemu dengan teman-teman lama. Atau punya tambahan teman baru. Mencoba menggunakan fasilitas di FISIP UI ini menarik lho.
Silahkan meneruskan membaca noteku (part two) ini.

1.Manager on duty
Aku yang masuk FIS UI 1976, Tyo (1980, Yanti 1983 dan Vashti 1985, adalah yang pernah merasakan suasana kampus Rawamangun. Lalu kini mengajar di Kampus Depok yang asri, full facilities. Lalu coba membandingkan kantin di Rawamangun yang setara ‘lapo tuak pinggir jalan atau warteg’ dengan deretan restoran Korea dan Bloc cafe sekarang...wah jauuh banget bedanya. Membanding kan perpustakaan dulu yang bikin gerah dengan Miriam Budiardjo Resource Centre (MBRC) yang full AC, sofa yang empuk dan nyaman, meeting room yang fully equiped. Wuih.... heibat ih FISIP sekarang!

Apakah itu semua bisa di akses dengan mudah oleh para DLB???? Ha...ha....ha jangan naif lah! Masuk en liat2 oke lah!
Pinjam komputer atau akses internet? Jangan asal deh, kudu tanya2 dulu! Udah punya password belum? Kalo belum, sana minta ke pusat. (ini butuh waktu lho...)

Mau pinjam ruangan buat diskusi bimbingan mahasiswa dong! Kan kami DLB nggak  punya kantor apalagi meja disini. Ruang tunggu ala klinik juga nggak ada!
Apa jawaban para staf di ruang MBRC yang dari luar kelihatan sangat waah itu? Beragam... tergantung pada siapa orangnya yang bertugas.

Kalo sudah kenal dari dulu, sewaktu di Rawamangun, jawabannnya begini: ” Ruang yang itu ya mbak! Silahkan....silaahkan!” he...he....he.... thank you Mas! Aku dan Tyo lalu gabungin mahasiswa kami dalam satu ruangan, terus bimbingan skripsi deh. Nyaman juga sih ada AC, ruangan tenag, ada whiteboardnya, meja lebar, bisa gelar buku, laptop beberapa biji, kursi empuk pula. Ide lancar mengalir!

Ada saatnya upaya pinjam itu tersandung staf yang tidak mengenal kami. Kamis lalu (Nov 2009), setelah mengajar di D3kom lewat jam 16.00 wib aku sudah janjian dengan 3 mahasiswa Ekstensi untuk bertemu di MBRC, juga dengan 1 tim mahasiswa D3kom. Dengan Tyo juga, sudah pasti.

Aku datangi counter MBRC, seorang staf pria berpakaian batik sedang menulis sesuatu. Aku sapa dia, dan menyampaikan keinginanku untuk pinjam ruang rapat sambil menunjuk ruang yang aku maksud. Ruang rapat berkapasitas 10 orang itu berdinding kaca kosong. Dia menoleh ke arahku, tanpa senyum! ” Sudah bikin surat?” jawabnya dingin... sedingin AC MBRC, sambil melanjutkan menulis.
Aku putuskan untuk negosiasi ” Mas, ini untuk bimbing skripsi mahasiswa doang, masa pakai surat? Kan minggu lalu saya juga pinjam disini” Jawabannya ’menakjubkan’......teteup tidak bisa! Surat deh musti ada.
Dulu (2008 deh seingatku), aku juga pernah di tolak seperti ini, oleh seorang staf wanita disitu. Dia malah minta SK Dekan ttg tugas mengajar, bahwa aku memang pengajar di FISIP UI! Haa....?!!

Ya ampun.....repot amat seh! Masa musti pulang dulu, nulis surat atau cari file. Apa dia nggak tahu, kalau SK dekan tuh turunnya lamaaaaaaa banget!. Semester hampir berakhir, kita baru terima Sknya. Jadi ngajar dulu, baru ketetapannya muncul Bu!

Kenapa nggak kaya di universitas swasta di kampung Tangerang sana tuh, mahasiswa, dosen tetap atau dosen tidak tetap atau karyawan dikasih name tag dengan foto diri yang digunakan untuk semua akses! Ya digunakan buat buka pintu masuk atau keluar, sebagai identitas diri, yang untuk nopeg, ya buat pinjam apa aja di perpustakaan ya password akses internet. Itu name tag juga harus digantung di leher selama berada di lingkungan kampus. Jadi nggak ada lagi pertanyaan melecehkan atau tanya2 soal SK segala. Bahkan kita bisa tarik name tag mahasiswa bila mereka dihadapan kita berani merokok! (karena kawasan bebas rokok sih!).
Jadoel wooiii! Zamannya sudah ’paperless Bu! He... he...he... masih teringat Rawamangun ya?”

Balik lagi upaya pinjam ruangan tadi. Aku masih berdiri di dekat counter, beberapa mahasiswa memandangku , heran..... Ada yang senyum, lalu menunduk ketika melihat wajahku yang mungkin terlihat kesal. Mahasiswa yang mau aku bimbing ada disampingku, tanpa kata, tapi mata mereka memantau MBRC, tampak bingung mencari tempat kosong. MBRC saat itu sangat penuh! Sofa, meja komputer, dll terisi semua. Untungnya, seorang staf MBRC yang aku kenal sejak di Rawamangun muncul.
” Mas... aku pinjam ruangan ya, buat konsultasi TKA, ntar pakenya bareng mbak Tyo juga” pintaku, semangatku muncul lagi. Horee... dia senyum. Manis sekali....!

” Boleh Mbak...silahkan aja!” jawabnya enteng banget. Si baju batik menoleh, rada heran atas jawaban temannya atau bos nya ya?. Aku nggak tahu… heran deh pokoke! Di MBRC ini emang kita nggak bisa mengenali siapa yg in charge saat itu. Nggak seperti di Mc Donalds, ada tertulis di dinding Manager on duty atau Today Manager. Apalagi bisa tulis notes, complain. Kemana ya? Mbak Yanti yang Dosen PR musti ngajari CS nih!

Maka hari itu, aku dan mahasiswa2 ku, Duddy, Hendrie, Putra, Adyasa, serta Tyo dengan para mahasiswa bimbingannya bisa menikmati fasilitas ruang rapat MBRC itu . MBRC ini opsi saja, terutama untuk musim penghujan! Bimbingan dibawah pohon tak memungkinkan sih. Mau bimbing mahasiswa out door hujan petir seperti sekarang? He…he…he nggak ada asuransinya. Luar Biasa buat Dosen Luar Biasa!

2. Bimbingan skripsi-TKA di Takoru & Bloc
Yang paling sering kami lakukan adalah bimbingan di Takor, di Bloc Cafe, di ruang rapat dan ruang tamu D3kom (thanks untuk Nina Armando beserta staff yang mengizinkan kami menggunakannya). Kenapa nggak di ruang tunggu Ekstensi? Dimana? Kantornya sempit banget! Kenapa nggak pinjam ruang S1? He….he… he. Tauuk akh , gelap!

Kalau di Bloc, maka masing2 ambil satu meja. Tyo mojok di sofa dengan mahasiswa broadcastnya. Teguh Poeradisastra (TP) ambil posisi meja island, dikerubungi mahasiswi PR yang cantik-cantik. Bimbingan juga. Ada Vashti dengan mahasiswa-mahasiswa iklan. Tentu saja aku, dengan mahasiswa mahasiswa iklan juga duduk dekat jendela sambil sesekali memandang ke arah Teko (teater kolam) . Kadang Yanti terlihat juga dengan mahasiswa PRnya. Wah... Bloc bisa kami kuasai lho! Kami sambil makan dan ngobrol selain bimbingan. Mungkin aja pengelola cafe kesel lho, soalnya kami bisa menghabiskan waktu lama sekali! Mahasiswa yang dibimbing bergantian, datang dan pergi. Pernah sampai waktu cafe tutup!

Soal kami DLB ini suka ke Bloc , ada beberapa Dosen Tetap PNS yang mengira karena kami banyak duit lho, makanya ’ngebloc’ teruuus! Huuuuuuuuuuuuuuuuuu!
He...he... si Mbak dan Mas dosen PNS yang dapat ruang fully equipped, modern minimalis, dengan dekorasi bagus lukisan2 expresionist, postmodern, toilet kinclong, full AC di Gdg Kuntjaraningrat itu nggak tahu ’problem’ kami para DLB rupanya!!!.

Mbak...mbak, Mas ...mas! For your info yaaa...ngebimbingpun kami musti keluar biaya kok! Nggak gratisan! Bayar sendiri itu minuman en makanan. Pinjem dong ruanganmu yang sering kosong itu? Bentar doang lho!

3. Batang F dan Takor
Kalau keadaan memungkinkan, kami bisa juga ngegelosor di Batang gedung F.
Batang itu artinya duduk di Bawah Tangga. Duduk bareng mahasiswa disana, buka laptop...bimbingan deh. Di Batang ini perlu konsentrasi ekstra, karena bisa aja terhenti sejenak karena ada yang lewat kasih lambaian! Ada yang berhenti sejenak ngajak ngobrol! Tanya ini itu! Bisa jadi ada tukang somay lewat yang nawarin! He...he...he. Asyiik deh. Nah...coba deh jadi Dora the Explorer, carilah apa ada Dosen Tetap yang ngebimbing out door? Pasti hasilnya nihil.

Seperti tadi malam (19 Nov 2009), Tyo memulai bimbing skripsi Linda, mahasiswi ekstensi di ruang D3kom. Lalu karena merasa perlu makan malam (Tyo kuliah terusan dari jam 11.00 wib pagi hingga jam 16.00 an lewat, terus bimbingan belum sempat makan), maka kami pindah ke Takor.
Kali ini yang di bimbing Tyo ganti, adalah Inge, yang juga lagi bete karena hapenya hilang. Akh kasihan. Sambil nunggu pesanan, Tyo membimbing Inge. Di Takor(u) ini kondisi lebih ramai. Jadi bimbingan perlu ekstra fokus. Meja sempit penuh piring, laptop yang mengandalkan battery, nggak ada tempat charge. Tapi ok aja tuh.
Sementara itu aku sudah dapat call dari mahasiswaku. Dia tunggu aku di MBRC! Tyo akan nyusul, tentu saja.

4.Sidang TKA dan skripsi.
Ini sessi kehidupan DLB yang menarik juga.
Persiapan sebelum sidang adalah tanda tangani draft skripsi atau tugas akhir mahasiswa bimbingan kita. Ada deadline memasukkan draft ini. Perlu juga tanda tangani beberapa form! Mahasiswapun perlu urus surat2 pernyataan bebas pinjam buku di perpustakaan di lingkungan UI! Surat lho! Bayangkan.... berapa banyak surat yang harus dikeluarkan untuk mahasiswa itu?.

Gampang! Lihat waktu wisuda aja. Sejumlah itulah yang perlu surat bebas itu! Apa ndak boros kertas dan duit! Sekali lagi.... mana aksi nyata kita tentang peduli lingkungan! Aku berangan angan, coba ya kita bisa kurangi dengan menggunakan teknologi aja! Pas mahasiswa mau ujian, lihat profile dia online! Bila semua ok, print 1 lembar yang memuat semuanya. Ya nilai selama studi, ya segala persyaratan yg sudah dipenuhi. Jika ok... baru dia dapat tgl sidang, penguji, ruang sidang dll. Nggak paperles sih... tapi lebih hemat!

Malam malam sebelum sidang, aku atau teman2 dosen lainnya disibukkan dengan membaca. Bisa sampai tengah malam. Bikin catatan yang mau dipertanyakan dan diperdalam di sidang besok. Coret sana sini yang salah, saran buku yang musti mereka refer, dll deh. Yang diminta revisi, yang perlu dikonfirmasi. Yang butuh koreksi! Yang harus digarisbawahi.
Ini belum lagi limpahan kalo jadi Penguji dadakan, karena yang seharusnya menguji tiba2 sakit. Tak mungkin menunda sidang kan, kasihan mahasiswanya. Bisa nggak ikut wisuda dong. Ini harus baca ekstra cepat! Ambil intinya, beri catatan pertanyaan.

5.Minum susu atau air putih ya!
Terkadang aku tengah malam masih terima telepon mahasiswa bimbingan yang nggak bisa tidur!
” Mbak...udah tidur ya? ” Maaf mbak mengganggu, aku stress banget buat sidang besok!” terdengar diujung sana suara mahasiswiku, pemeran Managing Director dalam sineteron Proposal Program Periklanan...kejar tayang TKA kami.
Sidang yang tentu saja akan menentukan masa depan mereka. Siapa yang nggak tegang! Mahasiswi kan juga manusia. Sama lah seperti rocker juga manusia!

”Mbak...aku takuut, yang nguji galak nggak mbak?” terdengar suaranya bener-benar tegang.
Biasanya aku tertawakan dulu, mencairkan ketegangannya.
” Ihh..kamu ini! Jadi Director kok takut! Yang keren dong...Tenang aja, kan kamu semuanya buat sendiri, dari awal sampai akhir. Pasti bisa jawab deh!”
” Tapi Mbak...kata temen2 senior, penguji ini puaaliiiing nyeremin! Gimana dong Mbak?” sahutnya masih belum berhasil aku yakinkan.
” Gini deh, kamu berdoa aja. Sholat Tahajud deh. Ini udah tengah malam. Rambut dibasahi juga bikin tenang kok, kan seger. Sekalian minum susu ya, biar cepat tidur!” saranku, apalagi yang bisa kulakukan, selain menyarankan itu.
Lha... minum susu? Buset deh... kadang aku terlanjur memperlakukan mereka seperti anakku yang aku sarankan minum susu hangat kalo dia gelisah dan susah tidur. Huuuuuu... dasar emak!.
”Oke deh Mbak. Tapi Mbak... doain aku ya!” pintanya lagi. He...he... aku biasanya membalas dengan tertawa aja. Sudah aku bimbing TKA mu, besok mau sidang pula... segitu susah dan banyak waktu yang dihabiskan, masa aku tidak berharap kalian lulus seh!

Menjelang waktu sidang, ketegangan mahasiswa bisa terlihat jelas. Kadang saat bersalaman terasa tangan mereka yang dingin , bahkan gemetar. Kalo tahu begini, cara terbaik adalah mengajak mereka ngobrol dulu. Jangan jaim, deketin mereka aja.

Joke ringan, tanya-tanya tentang keluarga mereka. Tanya tentang baju yang mereka pakai buat sidang (pada umumnya baru beli). Atau mencandai mahasiswiku yang selama ini nggak pernah pakai rok, justru pas sidang malah terlihat feminine dengan blus berendanya.!

Atau puji sedikit mahasiswaku yang selama kuliah tampil dengan jean belel, sandal atau sepatu yang diinjak tumitnya, kini tampil berdasi bak Eksekutif Muda yang mau lunch di Plaza Indonesia... Wow! Atau pakai batik baru seperti mau pergi resepsi aja. Atau berkenalan dengan pacar mereka yang turut hadir.
Bahkan selagi sidang, ada sms masuk dari mantan mahasiswiku di D3 dulu. Dia bilang mau maju sidang skripsi sejam lagi. Doain aku Mbak! Aku nervous banget nih. Mbak ada dimana, ketemuan dong? Aku cuma bisa jawab, minum air putih, moga2 bisa lebih tenang. Tiga jam kemudian, aku dapat kabar darinya via sms juga.” Horee.... Mbak aku lulus! Makasih ya air putihnya!”
Selamat ya sudah jadi Sarjana. Luar Biasa!

Ida Syahranie
Depok, 26 November 2009-11-26
Satu menjelang Hari Raya Qurban, Idul Adha 1430 hijriah.

Tim Lion Air, presentasi TKA, one day pilots