Terima Kasih , Anda telah mengunjungi blog saya.

Thank you so much to have you here.
It is about my novels, notes, comments of something, features, short stories and pictures.

Also my products, Furoshiki and Yukata (summer kimono).

Please leave your comments.... thank you
Enjoy it....



Jumat, 20 Januari 2012

Dosen Luar Biasa Mau Keluar!!!

Gubraaak!


Hujan rintik siang itu baru saja reda saat aku melewati deretan ex Resto Korea, Bloc CafĂ©, Toko cendramata  dan IT Centre dan Kantin Kopma di kawasan gedung Kuntjaraningrat , FISIP UI. Agak lengang, tak banyak mahasiswa yang berada di sekitar situ.  Sepi memang, karena sudah masuk libur semester. Sekarang saat sidang  Tugas Akhir atau malah dosen mengadaakan rapat nilai. Hanya beberapa yang sedang asyik menatapi laptop duduk berselonjor di emperan Miriam Budiardjo Resource Centre (ex perpustakaan FISIP UI ). Dari arah Musholla yang berada di depan Kantin Kopma aku melihat seorang mahasiswi bercelana jeans dan blus putih berjalan menuju arah MBRC sambil menatapi telepon selular di tangannya. Mungkin sedang mengirim atau membaca pesan. Aku berjalan beriringan dengan seorang staf SBA (Sub Bagian Akademik) menuju kantor SBA yang terletak di balik MBRC, berniat mau ambil berkas UAS dan  berpapasan dengannya  .

Gubraaak!!!! Tiba tiba terdengar suara seseorang jatuh, sangat keras! Aku menoleh dan melihat mahasiswi bercelana jeans dan blus putih itu terjungkal persis di bawah undakan/tangga yang menuruni emperan MBRC. Undakan ini memang tidak terlalu tinggi, mungkin satu meteran.  Aku masih melihat satu tangannya terangkat ke atas, masih memegang telpon selulernya.

Beberapa orang yang sedang asyik menatapi laptop di sekitar situ mendongak, tertarik pada sumber suara. Beberapa mahasiswa yang sedang memasang sepatu di pintu musholla berniat berdiri. Dua mahasiswi yang sedang duduk di depan Kantin Kopma sambil minum minuman dalam kemasan menatap kagum saja. Rupanya mereka mau lihat lihat situasi yang dihadapi mahasiswi itu. Tak satupun yang benar benar beranjak bangun menolongnya. Aku bergegas mencoba mendekat, tapi mahasiswi itu sudah bangun sendiri. Rupanya tidak ada cedera, tak ada anggota tubuh yang patah atau luka. Syukurlah! Dia cepat cepat mengibas kotoran yang sedikit melekat pada pakaiannya, lalu berjalan kembali dan meneruskan kegiatan nya ber hape ria. Seakan akan kejadian yang baru saja dialaminya  tak pernah terjadi.

Dosen Luar Biasa mau keluar!

Seminggu sebelumnya, pagi Sabtu sekitar jam 9.30 WIB 3 dosen luar biasa (ini maksudnya istilah untuk dosen tidak tetap di UI kok), yaitu aku, Jeanny Hardono dan Panata Harianja baru usai menjadi penguji tugas akhir untuk seorang mahasiswa di Gedung Perkuliahan Vokasi UI/Gedung.  Kami menggunakan lift menuju lantai dasar.

Begitu pintu terbuka, waduh!!! segerombolan mahasiswi dan mahasiswa sudah di depan pintu, merangsek masuk.  Persis segerombolan warga desa yang sedang wisata. Seperti tak sabar, mau tahu rasanya pakai lift kah?
Yang aku kagumi, beberapa diantara mereka masuk ke dalam cabin lift itu sambil asyik menatapi handphonenya baca SMS atau ketik pesan. Makanya bisa difahami dia tak melihat bahwa dalam cabin lift masih ada orang yang mustinya diberi kesempatan keluar dulu. Kami berdesakan!!!
Yang mau keluar susah, yang masuk memaksa!!!

Benar benar tak tahu cara pakai lift atau nalar yang tak dipakai yaa? Bagaaimana mereka bisa masuk ke cabin lift yang kecil itu sementara kami masih belum bisa keluar dihadang mereka???

Ini bukan hanya terjadi di gedung Vokasi UI yang baru kok. Di FISIP UI, gedung H yang juga sama kok. Ini bukan soal strata atau jenjang pendidikan. Soal apa ya?  Gegar budaya atau retak? Yang pasti sih, secara tehnis aja, tata cara masuk dan keluar lift belum disadari. Duh… Bagaimana kalau ada kondisi darurat?

Anak kolonel

            Aku , Oktober 2011 lalu menerima SMS; bunyinya begini; ‘ Sy anaknya kolonel Erlangga dari Bais. Mo ke rmh ibu liat rmh. Kpan ada wkt  yah’ Dari gaya menulis dan tanda baca yang dia gunakan, aku menduga pasti ini berasal dari remaja. Ok lah berhubung ini masalah rumah yang aku mau jual, anggaplah ini pelayanan terhadap calon konsumen! Great consumers!

Aku janjikan dia bisa datang ke rumahku Sabtu sekitar jam 9 pagi. Wah, ternyata antara pesan SMS dan polahnya sama, gaya masa kini. Dia tak datang, juga tak berkabar! Apa karena dia anak kolonel yaaa?!  He…he ..he.

Sialnya sebulan kemudian, dengan SMS dan nada yang sama orang ini meminta lagi bertemu dan datang ke rumahku. Ya sudah, karena dia meminta lagi, aku kasih kesempatan untuk datang. Kali ini juga Sabtu dengan range waktu yang lebih longgar, antara jam 10 sampai dengan jam 12.  Benar seperti dugaanku, sekali lagi orang ini tidak datang, tanpa kabar!

Sekitar jam 5 sore, pulang dari Bogor, baru saja masuk rumah ketika putraku memberitahu ada beberapa mahasiswaku minta bertemu. Aku heran, aku tak punya janji apapun dengan mahasiswaku hari ini. Ini week end soalnya. Aku menemui mereka, rupanya ada 5 orang pria muda mungkin sekitar 20 tahun lah rata2, bergaya pakaian kasual, mengaku para mahasiswa universitas swasta yang kampusnya dekat rumahku.  

Aku tanyakan ada keperluan apa mencariku. Seorang diantara mereka, bertubuh besar, bercelana pendek, mungkin kostum basket, kaos longgar tanpa lengan, tanpa sepatu olah raga tapi menggunakan sandal kamar yang tipis, berlogo hotel sebuah kota di Sumatera sana, menyahut :
“ Saya yang kemarin SMS, anaknya kolonel Erlangga. Mau liat rumah bu”  Ditangannya yang memegang pintu pagar rumahku tergenggam dua handphone warna hitam model terbaru. Meski berpakaian olahraga, pemuda ini terkesan tambun, tak atletis. Tapi ini kan cuma fashion style  saja pikirku. Wajah lumayan lah! Teman temannya juga.

Ha ..ha… nice guys, tanpa salam or hello! Apalagi assalam mualaikum! Juga tidak minta maaf kalau pagi tadi tak bisa datang sesuai janji. Jadi ingat para mahasiswaku, biasanya mereka langsung mengucapkan salam. Tak sedikit yang justru mencium tangan. Kalau yang mahasiswi malah cipika cipiki sambil jerit jerit ‘ kangen mbak!’ Aku buru buru menyadari ini orang orang  yang sama sekali tak kukenal kok, jangan berharap apa apa.

Aku persilahkan mereka masuk ke rumahku dan dia duduk di sofa ruang tamu bersama satu temannya.  Adik kecil tambun ini langsung menatap handphonenya, ketik ketik terus. Temannya juga. Aku menunggu hingga dia selesai. Aku duduk di depannya, menunggu apa yang ingin dia sampaikan. Ini berlangsung mungkin 10 menit lebih. Lho…mas …mas  ini ke rumahku mau numpang duduk ya , capek sms sambil berdiri ya?

Dia tetap menundukan kepalanya, tak memperdulikan kehadiranku sebagai nyonya rumah. Dia tamuku! Terus saja berkutat dengan dua handphone canggihnya. Akhirnya aku tak tahan lah, aku ketuk pelan meja kaca di depannya, lalu tanya dia; “ Kamu kesini mau ketemu saya? Mau apa ya? Kalo nggak ada keperluan, silahkan pulang ya. Saya mau istirahat” sambil berdiri dari dudukku. 

Dia tergagap dan buru buru menjawab : “ Oh ya bu, bentar yaa” lalu terus lagi menatapi handphonenya! Wakakakaks… putra kolonel ini bener bener konsisten tidak sopan!

Suamiku yang mondar mandir sekitar ruang tamu sudah gemas melihatnya. Akhirnya yang dipertuan agung putra kolonel ini menyudahi aktivitas dengan handphonenya.

“Bu rumah ibu mau dilepas berapa?”  Ha… ha..ha anak ini mulai masuk ke topik! Sayang aku sudah tak tertarik melanjutkan pertemuan ini. Suamiku langsung mendekat dan menyahuti: : ‘Kami mau jual 1 milyard”  
Pemuda itu ternganga tentu saja.  Temannya yang polahnya tak beda dengannya, malah yang menimpali “ Kok mahal sekali Pak?” Suamiku dengan kalem menjawabnya, “ Tetangga sebelah, jenderal Mansyur mau jual rumahnya 2 milyard”  Aku tahu suamiku sedang menjahilinya. Tak pernah terdengar Pak Mansyur sebelah rumahku berniat menjual rumahnya. Ha..ha..ha.

Aku sudah benar benar berdiri dekat pintu keluar, dengan gestura mempersilahkan keduanya pergi. Rupanya kedua anak muda ini tak terbiasa dengan bahasa tubuh, tak faham. Mungkin mereka berdua tidak tumbuh dalam keluarga yang menggunakan multi bahasa,  lisan, tulisan tapi juga bahasa tubuh. Mereka mungkin tumbuh dan dibesarkan dengan bahasa SMS!

Nah ini link yang tak pernah tersambung. Mereka masih anteng duduk di kursiku. Whuih….whuih…whuih! Malah sang putra kolonel yang belum sempat kutanyai namanya , bertanya ; “Harga boleh nego nggak Om?”

Nego? Woow ! Imaginasimu berlebihan nak! Lebih baik pulang , tanya orang tuamu, atau ingat ingat, tata cara mengunjungi Eyangmu? Datukmu, atau Aki Nini mu. Atau kamu tak pernah diajak berkunjung ke rumah mereka ya? Atau kau tak punya mereka semua!

Boys… kamu memulai komunikasi bisnis ini dengan cara yang salah. Mau negosiasi apa?!
Bahkan kita belum berkenalan secara benar. Kami belum tahu namamu. Benarkah kau yang duduk di kursiku itu putra seorang kolonel yang bertugas di lembaga Negara itu?

Aku sudah tak sabar ah: ” Gini ya, yang mau beli rumah ini bapak kamu kan? Ya sudah, suruh dia yang hubungi kami aja. Kamu pulang deh” sambil aku goyang goyang daun pintuku. Pelan, keduanya berdiri, ngeloyor tanpa menyalami kami berdua.  Dengan 3 buah motor, mereka meninggalkan halaman rumahku.

Muncrat!

Saat mengantri ambil makanan dalam sebuah resepsi pernikahan, aku juga pernah terheran heran ketika seorang ibu yang berdandan rapi, dengan tas bermerk bagus dan terkenal, asyik berbicara di telepon genggamnya,    earphone nya terpasang di kupingnya. Suaranya tentu saja harus keras agar bisa mengalahkan ramainya ruang resepsi pernikahan itu . Mungkin dia business woman ya, harus sigap dan cepat tanggap pada peluang usaha. Ini pembicaraan penting, pantang tunda, meski lagi menghadiri perjamuan.

Satu tangannya pegang piring, satunya lagi menyendoki beberapa hidangan. Dia terus saja berbicara, setengah berteriak mengalahkan suara dengung ramainya resepsi. Tentu saja antrian agak tersendat saat dia berbicara itu! Aku yang berdiri di belakangnya juga mulai gerah, juga agak malas melanjutkan  ambil makanan. Ya,  kuatir makanan sudah tak higinis lah… Soalnya itu ludahnya mungkin muncrat ke makanan!  

Jika memang niat mau menghadiri resepsi, ya sudah lah Bu!. Handphone masukkan dulu ke tas bermerek mu itu. Hi hi hi… rempong yaa.

Komunikasi & Isolasi

Benar, manusia memang mahluk Tuhan yang unik! Demi untuk berkomunikasi dengan orang lain dan agar tidak merasa terisolasi,  apapun situasi dan kondisi yang sedang dihadapi kita bisa jadi tak perduli. Benar benar istilah jatuh bangun itu pas untuk mahasiswi yang terjungkal di emperan MBRC tadi.  

Untuk kasus di lift, putra kolonel di rumahku atau business woman itu agak sedikit complicated ya. Ramai ramai bergabung disana, masalah seperti penerapan tata cara pergaulan, etika, pengabaian pada lingkungan sekitar bahkan ancaman membahayakan orang di sekitar kita.

Tak pantaslah kita menyalahkan ini akibat kemajuan tehnologi komunikasi.  Nalar, toleransi, etika tak harus terabaikan dengan kehadiran tehnologi baru ini. Jangan diabaikan. Bukankah dengan mengabaikan , malah muncul ancaman yang membahayakan diri sendiri, orang lain bahkan menampakkan jati diri sesungguhnya yang rada kusam.

Hal hal ini cuma illustrasi kejadian yang kualami. Tapi ketika jeda dalam rapat, kami ramai ramai diskusi diantara para dosen kemarin, terungkaplah hal yang sama.  Apa yang bisa kita lakukan? Tehnologi komunikasi begitu canggih, tapi kita terisolasi,  masih ditahap cuma mampu mengoperasikan alat tehnologi komunikasi, tapi tak mampu menggabungkan dengan nilai nilai hakikat manusia sebagai karya Tuhan yang paling mulia. Sehingga manusia yang berkomunikasi dengan alat tehnologi komunikasi canggih itu tetap seperti manusia, mahluk social yang berbudaya. Bukan robot.

Depok, 18 Januari 2012
Hadiah buat putraku Danny Syah Aryaputra

Ida Syahranie