Terima Kasih , Anda telah mengunjungi blog saya.

Thank you so much to have you here.
It is about my novels, notes, comments of something, features, short stories and pictures.

Also my products, Furoshiki and Yukata (summer kimono).

Please leave your comments.... thank you
Enjoy it....



Jumat, 16 Juli 2010

Dosen LUAR BIASA, BIASA DI LUAR, DI LUAR, BIASA AJA ! (part one)


Dosen LUAR BIASA, BIASA DI LUAR, DI LUAR, BIASA AJA ! (part one)

Dosen Luar Biasa? ??
Dosen Luar Biasa (DLB) adalah istilah untuk dosen UI yang non Pegawai Negeri Sipil. Biasanya mereka berasal dari para praktisi yang mengajar untuk mata kuliah tertentu sesuai dengan kompetensinya. (kompetensi ini artinya pendidikan, pengalaman kerja praakteknya di dunia nyata, buka buka buku doang, yang contoh2 kasusnya nggak link sama kasus di Indonesia)!! Level mereka pun di dunia kerja sudah managerial gitu. Kebanyakan DLB mengajar di hari Sabtu atau hari-hari tertentu diantara waktu mereka untuk pekerjaan utama mereka.
Entah dari mana asal kata Luar Biasa itu, maka sekarang kata itu seperti Mantra, Magic word!


DLB atau sering juga disebut DTT (Dosen Tidak Tetap).
Tidak Tetap, malah jadi Dosen;
Tidak Tetap, ya Tetap Dosen kan!
Tetap Dosen, biar Tidak Tetap. Wuih.... pusing deh lead ini!



dengan note ini aku ingin menyusun beberapa pengalaman menarik yang kualami dan sobat2ku sebagai Dosen Luar Biasa di FISIP UI. Menjadikannya rangkaian catatan, karena tak mungkin menggambarkannya sebegitu detail. Terlalu cerewet kesannya. Gambaran samar2 yang mengundang untuk melihat lebih dekat, lebih dalam. Misalnya, saat ketika memberikan kuliah kepada mahasiswa. Pergaulan dengan sesama dosen, yang PNS, dengan pejabat di lingkungan fakultas dan universitas maupun dosen Luar biasa lainnya. Hal-hal kecil yang terjadi ketika ketika di kelas, di kantin, pertemuan dengan mahasiswa di tempat umum. Saat saat menegangkan ketika mahasiswa yang dibimbing maju sidang skripsi atau tugas akhir dll.


Absensi
Biasanya memulai kelas baru di semester baru dengan mahasiswa baru dengan berkenalan dulu . Caranya dengan mengabsen. Absensi adalah hal yang unik, karena disitu ada nama-nama dengan cara membaca yang khusus pula.


Kalau di depan kelas, kita mengabsen nama seseorang, dengan membaca namanya, lalu mungkin salah bacanya, maka mahasiswaku sekelas akan bersorak!


Misalnya, bagaimana mengucapkan nama: Kelik? (ini nama Jawa, yg kalau diucapkan , huruf k nya tersamar).
Nama Ryan, dibacanya seperti apa? Caroline? Simon? Baca Karolin, Simon kah atau seperti bule ngomongnya.


Kita baca seperti bule mengucapkannya, mereka ketawa hingga kelas rame kaya antri minyak tanah atau rebutan Angpao dan zakat !


”Salah mbak! Bacanya gaya lokal ajaah!” seseorang diantara mereka berkomentar.
”Woi... nama elo jadi keren tuh ama mbak Ida!” seru mahasiswa lainnya mengejek temannya yang baru saja aku sebut namanya.  Mahasiswa yang lain ada yang suit- suit!
”Nggak pantes buat elo woiii..!” sambut yang lain, menambah riuh kelasku.
Ada juga yang aku kira nama yang salah ketik, jadi aku panggil namanya Bram! Nggak tahunya Biram. Buset dah… ini juga bikin kelasku hiruk pikuk! Ha…ha… ha.
Nah..apa nggak grogi jadi dosen? Apalagi kalau dosen masih baru! Biasanya aku ikutan ketawa bareng mereka! daripada salah tingkah!

Plafond ambruk lagi kuliah.

Kejadian unik adalah harus pindah kelas karena plafond kelas ambruk. Rasanya ini kejadian saat mengajar di D3 Kom FISIP UI untuk kuliah Evaluasi Program Periklanan untuk angkatan 1998/Iklan, sekitar tahun 2000.
Mulanya suasana kelas biasa saja, kuliah yang kuberikan di siang hari, yg dimulai sekitar jam 13.00 WIB (ini sessi 1) berjalan normal di gedung H di lantai 4 kampus FISIP UI, Depok.
Aku berada di depan white board, ketika suara aneh terdengar diatas kepalaku. ” Krekek...krekek...” Beberapa kali terdengar dan semakin keras. Ketika aku mendongak, wah... plafond sudah mau lepas. Mahasiswa berteriak memperingatkan. Mereka juga sudah berlarian keluar kelas. Aku lompat menjauh white board, sekian detik kemudian... plafond berjatuhan!


Hari itu, setelah lapor ke kantor D3kom, Mas Heru (staf D3Kom) memindahkan kami ke kelas lain untuk melanjutkan kuliah yang tertunda.
Kali ini aku batal jadi Dosen Luar Biasa. Luar Biasa kan kalau sampai kepalaku bocor tertimpa plafond selagi mengajar!

Terperangkap di lift
.

Suatu senja, selesai mengajar di gedung H lantai 4, aku dan Suharyanti yang dosen Luar Biasa untuk program Public Relations bersama-sama turun ke lantai 1 menggunakan salah satu dari lift yang tersedia. Waktu itu sudah jam 18.00 WIB menjelang Magrieb.


Di lift hanya aku dan Yanti. Tiba2 lift terhenti, menjelang lantai 2. Kami terdiam, menyadari ada yang tak beres dengan lift. Yanti bergeser ke dinding, erat memegang handle yang menempel di dinding lift sambil tangannya pencet tombol emergency. Aku mendekat ke pintu, mencoba mengintip dari celah pintu. Ada sinar masuk sedikit, juga beberapa sosok orang.


Upaya Yanti pencet2 berhasil mengundang respon. Aku menggedor pintu keras2 juga.
Dari luar ada suara pria bertanya “ Hey… liftnya macet ya?”
Karena tak mau buang energi, kami cuma menjawab dgn ketukan di pintu lift.
Pertanyaan berlanjut: ”Hey... yang di dalam cewek ya?” dengan nada menggoda dan tertawa-tawa, suara pria lagi, mungkin mahasiswa. Ada macam-macam lagi pertanyaan aneh yang sesungguhnya tak cocok diajukan dalam kondisi emergency.


Mungkin setelah hampir 20 menit, kami berhasil dibebaskan dari lift macet, setelah ada seseorang diluar yang melaporkan ke bagian tehnisi. Ketika keluar lift, mereka baru menyadari bahwa yang terjebak di dalam lift adalah dosen. Kami mengucapkan terima kasih dan meninggalkan gedung. Masih terdengar suara mereka , tehnisi dan petugas cleaning service ngobrol, diantaranya:
” Emang nih, lift disini sering macet!”
”Biasa! Mahasiswa suka becanda, pencet lift seenaknya buat mainan. Lift sudah siap mau naik, dipencet jadi terbuka lagi pintunya. Bolak balik, jadinya rusak deh”
Pantes!


Karena kejadian itu, via Mbak Soraya (masih jadi Dosen Luar Biasa?) yang waktu itu jadi staf di Sekretariat D3kom, aku diwawancarai mahasiswi Komunikasi yang lagi cari berita untuk Radio UI. Kali ini bukanlah berita luar biasa, karena berasal dari kejadian yang biasa saja rupanya. Ahh!



Jadi pembimbing tugas akhir Program D3/iklan

Cara membimbing dan waktu serta pendekatan tiap program studi dan peminatan punya ciri khas tersendiri di Dept ilmu Komunikasi FISIP UI..


Program D3/iklan, dari angkatan 1997 s/d 2000, tugas akhir mereka dikerjakan sendiri secara pribadi, sama seperti skripsi. Jadi kalau kita dosen Luar Biasa dibebani membimbing minimal 10 mahasiswa, maka kita akan memiliki 10 topik bahasan untuk proposal program periklanan dan ada juga yang Content analysis. Umumnya adalah produk komersial yang dijadikan topik mereka selain ide untuk PSA/Social Marketing.


Jadi , ini setara dengan seorang Account Executive Senior sebuah biro iklan menghandle 10 produk/perusahaan clients. Komplet dengan mahasiswa yang setara karyawan entry level. Yang tanya terus untuk dibimbing,.
Misalnya cari media rate card hubungi siapa mbak? Biaya color separation untuk 1 halaman iklan berapa mbak? Mbak apa bedanya produksi TVC pakai Video dengan film? DOP apa artinya mbak? Yang bingung membedakan Pulsing dengan Continuity. Yang ragu pilih rating TV atau TV share sebagai dasar menentukan pilihan media vehicle. Ada yang minta diajari menggunakan program Excel buat hitung biaya yang jadi milayaran! Nah...lho...!


Sessi bimbingan ini diluar kelas... saat libur semester yang tak mungkin kami gunakan sepenuhnya untuk libur. Bisa janjian di kampus dengan mahasiswa. Bisa juga mereka datang ke rumah. Nah kalo datang, mereka bawa teman, jadinya tambah seru dan rame. Pertanyaan bertambah, tapi harus juga dijawab, kasihan kan ! Mereka juga mahasiswa kita. Pada umumnya cari second opinion! (kaya ke dokter aja deh).


Ruang tamuku yang kecil, penuh sesak. Sebagian duduk di sofa, sebagian di lantai. Mendengarkan aku ngomong, persis seperti para santri & santriwati mendengarkan uraian Ustadzah mereka. My dear angels!
Di samping dan depan rumah, mobil dan motor mahasiswa berbagai merek terparkir rapi, sepertinya di rumahku sedang ada acara hajatan saja. Tidak semuanya yang datang itu mahasiswa Program Iklan yang memang aku bimbing! Ada dari Program PR juga Broadcasting. Bahkan kami baru berkenalan hari itu.


Luar biasa! Saya yakin hal seperti ini juga dialami mbak Tyo, Yanti, Vashti, Jeanny, Mas Jaja, Mas TP (Teguh Poeradisastra), atau teman-teman dosen Luar biasa lainnya. Sanggupkah kita menolak mereka? Apakah kita mengerjakannya atas nama uang?


Khusus untuk Program Iklan, kini bimbingan jadi lebih ringan dari segi topik bahasan, karena sejak tahun 2001 Tugas akhir mahasiswa dikerjakan berkelompok. Satu tim terdiri 1 orang mhs berperan sebagai Managing Director (Account Director), 1 menjadi Media Director, 1 atau lebih mhs jadi Creative Director dan 1 jadi Web Director. Artinya 5 mahassiswa mengerjakan 1 topik, lumayan tidak pusing soal variasi data produk. Jika membimbing 3 tim, artinya kita hanya mempelajari 3 produk saja.


Hanya ini menimbulkan problem baru! Soal koordinasi dan kekompakan tim. Pembimbing masih disibukkan dengan upaya membuat tim jadi solid, terima keluhan2 anggota tim tentang kelompok mereka. Curhat dan perlu pendekatan personal. Malah ada yang pakai deraian air mata! Misalnya, file tugas kena virus, gara gara seorang anggota tim kurang hati2!


Ada juga yang harus aku datangi ke tempat kos mereka di Barel (kost mahasiswa di Balik rel KA depan kampus UI), agar tercipta suasana akrab dan kompak. Karena MD telah bisik2 ada anak buahnya yang males! Nah..anggota tim yang males ini kan jadi malu. Dosen pembimbingnya aja datang. Kami makan siang bareng, ngobrol2 dulu, setelah itu aku push mereka mengerjakan tugasnya. Bikin schedule kerja mereka dengan kesefakatan bersama. Hanya perlu dua kali ke tempat kos mereka, selanjutnya tim makin solid hingga sidang.

Membimbing skripsi mahasiswa S1 Reguler

Untuk membimbing skripsi mahasiswa S1 Reguler, lain lagi. Umumnya riset kualitatif atau kuantitatif. Ini teoritis banget….tapi juga seru. Buku referensi yang musti dibaca at least 30 buah kalo ndak salah.


Di mulai sidang outline dulu, mahasiswa mengajukan proposal rencana penelitian, calon dosen pembimbing bersama Ketua/koordinaator program dan mahasiswa bahas outline itu sama2 kira-kira satu dua jam. Bisa jadi outline diterima langsung, harus revisi, ditambah, disempurnakan atau ganti total. (ada seorang temannya temanku menulis di Facebook, dia seorang professional rupanya. Dia heran, untuk sidang outline ini dia dibayar honor sebesar Rp.40.000,- saja! Padahal itu mengantarkan mahasiswa ke gerbang sarjana, katanya terkejut.)


Perubahan outline ini bikin mahasiswa bisa nggak menghubungi kita berbulan-bulan. SMS, call berkali-kali baru respon. Datangpun dengan muka rusuh!
“ Mbak… aku stress deh! Nggak nemu idenya, gimana dong?”
“ Mbak aku pakai teori apa... buku banyak banget yang udah dibaca, malah jadi bingung? Jadi buyar nih! Mbak....tolongin”
Dengan beberapa pertemuan memoles outline, lalu mahasiswaku itu menghilang lagi. Mulai lagi SMS dan email, akhirnya questioner ada di inboxku, dia minta di koreksi. Oke.. pre-test deh! Hasil pre-test dipoles lagi dan turlap (turun lapangan ) terlaksana.


Sekarang mulai data processing lanjut ke analisis. Paling crusial, salah baca data, skripsi bisa hancur. SPSS yang dipakai error karena sofware bajakan, hasil amburadul. Ulang lagi pakai release yang lebih advanced. Temuan2 di analisis lalu disajikan.Sambung2 sama teori yang dipakai. Draft beres, nah... masuk lah ke soal tehnis pengetikan, footnote, halaman, cover, tipe hurup dll.Ribet dan njlimet! Sementara surat pemberitahuan deadline skripsi masuk sudah diterima. Mahasiswa makin panik! Kalo kita ikut-ikutan panik... pasti runyam. (Padahal urusan sendiri juga bejibun! anak, suami, rumput di halaman yg belom dipotong sama tukang, belanja dapur,internet yg ngadat, de es be deh).


Lihat panduan UI soal tehnis ya....pesanku hati2 sambil kirim email soal ketentuan UI untuk penulisan skripsi/TKA. tapi masih aja ditemukan kesalahan. Misalnya Makara yang dikurung, hurup yang salah tipe, belum ketik rata kiri kanan, tabel belum pakai nomor dsb..
Banyak surat yang harus di tanda tangani, formulir hurup A...D,E dst.. entahlah! Paperwork! Bukan paperless spt yang kumau!

Dugem dengan mahasiswa Ekstensi

Mahasiswa Program Sarjana Ekstensi umumnya adalah mereka yang telah bekerja. Kuliah mereka sore hari (jam 18.00 hingga jam 21.00 WIB). Maka bimbingan skripsi/tugas akhir otomatis dilakukan malam hari. Jarang ada mahasiswa Eksetensi yang bisa bimbingan skripsi di siang hari. Ini lucu, Dosen yang menyesuaikan dengan waktu mahasiswa. Habis kasihan mereka kalo harus bolos ngantor! Jadi mereka datang ke rumahku malam hari. Bimbingan mulai diatas jam 19.00 WIB. Jika membimbing 1 mahasiswa sekitar 1 jam, maka 5 mahasiswa baru selesai paling cepat jam 12.00 WIB. Saatnya Dugem!


Prosedur bimbingan sama saja dengan Program reguler. Bergiliran aku membimbing mereka. Sementara menunggu teman mereka konsultasi, mahasiswa yang lain membereskan skripsinya di laptopnya, karena tadi tak sempat melakukan apa2 terhadap draft skripsi , soalnya di kantor sibuk.


Ada yang duduk di lantai, buka laptop juga, lagi analisis, sambil sesekali bertanya ini itu. Maka aku beralih dulu menjawabnya. Artinya multi tasking, soalnya topik mereka beda!


Ada juga yang terlihat sangat kecapekan karena tadi siang kerjaan kantor banyak sekali, lalu perjalanan sore hari menuju Depok yang menguras tenaga karena macet, jadi cuma bisa duduk menunggu di sofa, lama lama tertidur pulas. Duuh! Terharu melihat wajahnya, capek tapi masih bersemangat untuk meraih cita cita. Mampukah kita menyuruhnya bangun dan pulang saja! Biarkan dia tidur dulu, kalau pas gilirannya, aku bangunkan.


Disaat yang sama ada SMS masuk, isinya mahasiswa bimbinganku ini akan datang telat, karena sama Bos diminta lembur dulu. Ok. terpaksa lah menunggu juga, artinya proses bimbingan akan bertambah malam.


Jika aku membimbing sedikitnya 5 mahasiswa plus aku sendiri, maka ada 6 laptop di ruang tamuku yang sedang on. Kaya bursa effek aja! Tambah buku2 referensi yang mereka bawa dan aku keluarkan dari rak buku ku, plus bag pack mereka dan tas laptop, jadilah pemandangan menakjubkan! Vase bunga minggir, patung bebek singkirkan!


Konsultasi berganti dengan mahasiswa yang tadi tidur, usap2 matanya, menyegarkan diri dengan cuci muka. Mulai buka laptopnya, lalu menjelaskan dengan rinci apa yang sudah dia kerjakan. Aku beri masukan-masukan atau pendapat, dia catat. Di saat itu temannya yang SMS tadi datang, dengan wajah tak kalah capeknya. Buru-buru masuk, menyalamiku dan duduk di lantai berselonjor kaki. Maksudnya menunggu giliran bimbingan. Dia bersandar di dinding, sudut ruang tamuku, mula2 tanya ini itu ke teman temannya. Kemudian diam... lalu tertidur! Walah.... kasihan benar kamu Nak!


Bagaimana dengan konsumsi? Di awal bimbingan aku masih sempat menyediakan minuman. Selanjutnya tak sempat lagi. Kadang mereka bawa minuman dan snacks sendiri. Malah ada yang kasih aku buah buahan.Dia tahu aku nggak sempat makan malam.


Blog Cafe dan Takor
Aku dan Tyo (dosen LB untuk Program Siaran) paling sering janjian ke kantin atau café setelah mengajar. Memang sengaja kami pilihi hari ngajar yang sama. Kadang Yanti (Dosen LB untuk PR) bergabung. Yang paling kami sukai ádalah ke kantin mahasiswa Taman Korea (Takor), makanan & minuman bervariasi, harga mahasiswa, sesuai dengan kantong dosen, outdoor pula. Segar dan rame dengan celoteh mahasiswa.


Saat ‘Nakor’ (ini istilah Tyo untuk ke Taman Korea) atau ‘nge Bloc’ (ke Book, Lounge and cafe) dan Korean resto yg ada di FISIP UI, kami sering bertemu dengan mantan mahasiswa kami. Ketemu dosen lainnya, ketemu alumni senior.


Pengedar narkotika?
Pernah aku dan Yanti, berlama lama di Takor, hanya karena penasaran pada 3 orang pria yang gerak geriknya mencurigakan. Penampilannya tak mirip mahasiswa! Mahasiswa yang ada di sana juga sepertinya tak mengenal mereka. Clingak clinguk seperti ada yang ditunggu. Kami berdua sengaja memperhatikan lebih serius, kok seperti ‘pengedar’ ya? Maksudnya pengedar narkotika! Mereka kasak kusuk aja dan gelisah. Suatu kali aku bertatapan mata dengan salah satu diantaranya. Wah… kok sinarnya aneh! Ini bener… pengedar dan pemakai juga. Waduh… jangan2 dia mau ‘jual barang’ di kampus UI! Di Takor ini yang datang memang bukan hanya anak FISIP, tapi juga dari fakultas lain, F.Psykologi, F.Hukum, FIB, F.Ekonomi, F.Tehnik juga ada mahasiswa Poltek atau Universitas Gunadarma atau mahasiswa universitas lain di Jakarta.

Mhs bimbingan Tyo di Korea Resto.

Buka puasa bareng Tyo di Korean resto mendapat pengalaman menarik. Kami duduk di meja sudut, ngobrol sambil menunggu pesanan tiba, cha (tea Korea), Grape juice, Bulgogi apa lupa. Bedug Magrib masih kira2 setengah jam lagi. Tak lama datang 2 mahasiswi, lumayan rapi, langsung menempati meja kira2 berjarak 80 cm dari meja kami. Penataan meja di resto ini memang dekat, maklum ini restoran kecil sekali.
Tyo berbisik...” Mbak Ida, itu yang disebelahmu kan mahasiswa bimbingan gue! Baru lulus bulan lalu” Aku menoleh ke kanan. “ Tyo berbisik lagI” baju merah” Aku mengerti. Artinya, mahasiswi itu jelas melihat Tyo, karena aku duduk berhadapan dengan Tyo.


Entah terlalu asyik ngobrol dengan temannya, aku tak melihat atau mendengar sekalipun sapaan mahasiswi itu kepada Tyo. Seperti tidak mengenal Tyo, padahal baru bulan lalu dia dibimbing Tyo untuk menjadi sarjana! Lupa sama Tyo, nggak mengenali Tyo? Mustahil! Tyo adalah sosok yang mudah dikenali, karena postur tinggi besarnya.
Lalu apa semua mahasiswa akan berperilaku tak sopan semacam itu? Tidak. Maksudku tidak banyak. Yang lebih banyak adalah gembira dan sangat ramah bila bertemu kita. Mantan mahasiswa kita masih selalu ingat pada dosen. Bahkan aku pernah mendapatkan 2 pot kecil bibit bunga Adenium dari seorang mahasiswa yang telah lulus 3 tahun lalu. Dia bukan mahasiswa bimbinganku, tetapi pernah datang ke rumah bersama teman-temannya untuk cari second opinion. Lalu akhirnya tahu bahwa aku suka bunga bunga. Nah ... setelah sekian tahun lulus, dia malah mengirimiku bunga! Duuh senang dan terharu deh.


Luar Biasa, jadi Dosen Luar Biasa!


Salam,
Ida


Hut KOM FIS UI ke 20 th

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. he..he... mbak Ida.. baru baca setelah dapat linknya... tentang mahasiswaku yang ketemu di REKOR dia bukan lulus sebulan yang lalu ketika kita ketemu, tapi setahun yang lalunya.... biasa "mahasiswa kan bisa lupa dosen karena dosen jumlahnya lebih sedikit dari mahasiswa"... eh... salah ya... harusnya "mahasiswa harusnya nggak boleh lupa sama dosen krn dosen jumlahnya lebih sedikit dr mhsw ya.. apalagi dosen pembimbing kan cuma satu" he..he.. :) gue nggak tahu kenapa dia nggak langsung nyapa, minta maaf karena "habis manis sepah dibuang".. habis minta tanda tangan persetujuan skripsi langsung kabur ..boro2 ngasih ucapan terima kasih, kasih skripsinya aja nggak he.he.. :) biarlah... nanti kita dibalas di akherat mbak... bukankah salah satu yang bisa menyelamatkan kita di kehidupan mendatang salah satunya adalah "ilmu yang berguna". At least kita kan udah share ilmu yang berguna buat kehidupan dunia mereka... bravo buat dosen luar biasa yang biasa diluar tapi biasa2 aja tuh.... he... :)

    BalasHapus