Terima Kasih , Anda telah mengunjungi blog saya.

Thank you so much to have you here.
It is about my novels, notes, comments of something, features, short stories and pictures.

Also my products, Furoshiki and Yukata (summer kimono).

Please leave your comments.... thank you
Enjoy it....



Kamis, 15 Juli 2010

Mie Ayam Dewi, ‘special order’

Serial-76 Mie Ayam Dewi, ‘special order’
Share
Dear friends,
Ini rewrite atas noteku utk milis. Sekarang aku share untuk menggambarkan persahabatan & silaturahmi itu terjadi dan terjaga karena harmony dan balance pada mereka yang terlibat didalamnya. Kawan dan Persahabatan bagiku sebuah berkah dari Tuhan. Bahkan di Fb teman yang belum pernah bertemu pun.

Semoga noteku tdk mengganggu. selamat membaca.

I love you!


Ida Syahranie/ 23 Oktober 2009


Slice of our life in campus.

Kita mahasiswa '76 FIS UI memang punya selera yang berbeda beda satu dengan yang lain, karena dari berbagai macam latar belakang budaya, social, ekonomi dan kebiasaan. Tapi ternyata tetap dapat selalu bersama menikmati hari-hari berat di kampus FIS UI Rawamangun.
Karena memang berusaha untuk saling memahami. Konflik kecil-kecilan pasti ada, tapi nggak bikin kita hancur.



Menara Pemantau
Inget halaman FIS UI yang menghadap ke jalan arah Taman Sastra?
Ada pagar dari batu kali kan?
Nah, disitu mangkal Mas penjual mie ayam Dewi. Itu favorit mahasiswa ui Sektor Rawamangun, termasuk anak Kommas’76 , apalagi kalo kerja lembur bikin Koran dinding KOMA yang harus terbit setiap Senin pagi.

Soal Mie ayam Dewi ini menunjukkan betapa beragamnya selera kita.
Prosesnya begini. Dari studio KOMA di lantai 4 gedung baru), kita mulai memantau dari jendela kaca keberadaan si Mas Mie Ayam Dewi ini. Kalo dia sudah ‘standby’ di posisinya, anak Kommas yang waktu itu komplit; Linda, Debby, Susy, Bonita, Tina, Endel, Jusi, Luki, Astari, Laksdewi, Mala, Rika, Dhay dan gue serta Imam, Tono dan Henk diam diam turun. Ya satu angkatan, Komunikasi cuma segitu, nggak seperti sekarang, banyaj jurusan dan mahasiswanya.

Turun nggak boleh semuanya, karena dosen pembimbing kita Mbak Ina R.Mariani bisa marah. Biasanya Dewi, Astari, Mala, Rika dan Dhay (Linda Wahyudi) yang mau ngalah belakangan aja plus yang cowok. Mereka tunggu di atas jaga gawang. Tentu siap siap dengan jawaban , alasan mengapa studio kosong, barangkali aja Mbak Ina nanyai kita.
Kita turun melewati tangga (emangnya ada lift atau escalator waktu itu? Nggak ada...). Pas di lantai 2, suara kita yang sambil ngobrol atau becanda harus dikurangi volume nya. Ini kantornya ketua jurusan (sekarang disebut Kadep) Drs. Harsono Suwardi MA, nggak enak aja kalo ketahuan. Setelah itu langsung aja ke lokasi si Mas Mie Ayam Dewi.

Giving orders
Linda order ke si Mas: “Bang mie ayam satu, kuahnya yang banyak ya, yang pedes ya!” sambil berdiri dekat gerobak si Mas.
Renny (Endel) yang berdiri di samping Linda hampir bersamaan juga order ke si Mas, suaranya yang rada genit bikin si Mas noleh dulu: “Bang, mie ayam satu ya, yang banyak mienya ya, ayamnya ya, kasih sambel, kecapnya jangan lupa ya”

Si Mas belum sempet mengiyakan order Linda dan Endel, Tina dan gue sudah order juga, berdiri di sisi lain dari gerobak si Mas.
“ Bang, saya mie ayam ya, nggak pake baso!” (Tina nggak doyan daging sapi) terus ngelanjutin ngorder: “Kuahnya jangan terlalu banyak, kasih sambel ya! Eh iya, kecap jangan lupa!” kata Tina ke si Mas. Dia cerewet banget, makanya kita panggil dia si wek wek!.

Endel sama Linda masih berdiri dekat dekat si Mas, ngeliatin si Mas, sambil nunjuk2 perabotan dagang (sambil mikir: “Mangkoknya bersih nggak ya?”)
Gue juga order, wanti–wanti bilang: “Bang, saya mie ayam satu ya, nggak pake baso( nggak terlalu suka bakso sih), sambelnya dikit aja, kecapnya dikit, kuahnya jangan di campur! Mangkoknya dipisah. Jangan lupa ya bang!” Gue emang nggak suka banyak kuah kalo makan mie, tapi gue masih perlu satu mangkok kuah. Kuah itu untuk Linda. Jatah kuah kita biasanya jadi bagian Linda. Sama seperti kalo gue dan Tina makan telur, goreng atau rebus. Gue makan kuningnya, Tina yang putihnya aja...klop

Si Mas mulai sibuk siapin mie, cemplungin ke air mendidih di panci. Jusi datang mengorder bareng Luki dan Bonita. Gerobak mie ayam Dewi sudah hampir nggak kelihatan, kami kerubungi. Biasanya Jusi atau Bonita juga pesenin buat Debby dan Susy yang sudah atur posisi dengan anteng. Mereka duduk manis di bangku biru, bawah pohon akasia yang bunganya kuning cerah. Kalo sudah sore, hampir nggak ada lagi yang parkir di dekat bang ku itu. Jadi buat menikmati mie ayam oke banget.

“Bang, mie ayam satu buat saya! Jangan terlalu banyak kuah ya! Eh ini sambelnya nggak pake terasi kan?” kata Jusi curiga melihat sambel yang ada di toples plastiknya si Mas. Dia emang nggak pernah makan terasi. Jusi masih membacakan order buat Debby dan Susy dengan berbagai kondisi. Bonita juga punya order dengan ’taste’ sendiri, Lalu tentu saja terima order dari Luki dengan spesifikasi yang juga berbeda.

Giving services
Pendek kata, si Mas penjual mie ayam itu biasanya grogi. Dia bingung! Order nya lisan semua, mana dia ingat! Buntutnya pesanan kita salah! Mie ayam pesanan Jusi, gue yang makan! Orderan Luki, Tina yang sikat. Harusnya mie ayam untuk Endel sudah kemakan sama Debby. Gimana dong?
Kalo sudah gitu, biar setengah jalan makan baru kerasa orderan salah ambil, kita tetap tukeran. Linda paling aman, orderan dia nggak pernah tertukar. Soalnya, mangkok mie punya dia pasti hampir penuh sama kuah.

Ini baru selera separo dari jumlah anak Kommas 76, si Mas mie ayam sudah kacau soal getting order and giving services. Kalau Dhay, Dewi, Rika, Astari, Mala, Henk, Imam dan Tono turun juga pesan?

Queens
Gue rasa dia, si Mas penjual mie ayam itu suruh kita bikin mie sendiri deh. “Terserah elo lah! Pusing!” mungkin begini ucapan dia. Mungkin lho! Waktu itu, daripada menatap wajah si Mas mie ayam yang bingung, gue, Linda, Tina atau teman-teman lainnya lebih suka menatapi mangkok mie ayam nya sih. Laper kan!
“Sorry ya Mas, silahkan bingung sendirian!

The consumer is the queens”
(Queens lah, kan cewek semua!)

Itu baru satu, soal mie ayam. Padahal banyak hal yang membuat kita berbeda. Pesan minuman di TamSas misalnya. Linda, Tina, Jusi atau lainnya suka beli jus avocado. Gue nggak tahan ngeliat nya, geli… kaya ihhh! Imaginasi gue ke ….mana-mana.

Gue baru bisa nelan avocado yang dipotong atau di kerok pake sendok, yang masih berbentuk. Jadi kalo semua pada seruput itu jus, gue nunduk aja atau memandang arah lain, nggak ke gelas mereka. Mereka nggak tahu, gue geli.

Tina lain lagi, nggak tahan liat dan cium bau durian. Tapi paling suka ‘rujak pedes’. Linda suka kue Ku yang ‘merah’ isi kacang ijo dan aneka tape. Tapi kita semua punya juga hobby yang sama, makan krupuk kampong, ditetesi kecap manis!

Just the way you are!
Inilah enakya punya teman teman yang pengertian. Mereka nggak protes waktu gue di kantin FIS UI, makan pisang goreng pake sambel kacang yang pedes, yang seharusnya untuk risoles atau tahu isi. Gue berbeda cara makan pisang goreng kan? Aneh atau apalah, mereka nggak nyuruh gue berubah. Kita nggak paksa Jusi makan sambel terasi or nyuruh Linda ganti selera . Just the way you are!

Ternyata sejak tahun 1976 kita bersama hingga kini, 2009. Perbedaan tetap ada, tak pernah ada yang berusaha untuk berubah demi teman, misalnya. Perbedaan itu membuat kita menjadi pribadi yang khas dengan segala ciri, kesukaan dan kebiasaan yang kita kenali dengan baik. Kita jadi tahu teman kita suka apa, tidak suka apa, maunya bagaimana. Enak kan! Konflik makin kecil, yang ada adalah bagaimana kita dapat menerima perbedaan itu. Nyaman sekali saat kita kontak.

‘Special order’
Teman temanku!
Kita semua bukan keluar dari pabrik seperti boneka ‘Mattel, pabriknya Barbie’ yang membuat kita semua sama. Boneka yang sama bentuknya, wajah, tubuh, dengan barcode dan price-tags.
Kita adalah manusia ‘special order’ kaya Mie ayam Dewi yang kami pesan dulu. The unique creations.

Maka, ada baiknya nurut pesan-pesan mas Billy Joel, “Just the way you are” ini:
Don’t go changing! ……….. try to please me
Don’t change the color of your hair. Hm hm…..

Terusin sendiri ya nyanyi nya. Boleh dengan gaya apa saja sesukamu! Classics, Pop, Jazz, swing, fusion, R&B, soul, hard rock, slow rock, ska, country, dangdut, Gregorian, Melayu, keroncong, kasidahan, tembang mocopatan, Cianjuran, dll.

Salam,

Ida
Depok, 16 Desember 2006

I love you
Team garage Sale

Tidak ada komentar:

Posting Komentar