Terima Kasih , Anda telah mengunjungi blog saya.

Thank you so much to have you here.
It is about my novels, notes, comments of something, features, short stories and pictures.

Also my products, Furoshiki and Yukata (summer kimono).

Please leave your comments.... thank you
Enjoy it....



Kamis, 15 Juli 2010

Terminal bis Rawamangun (jadoel)













Terminal bis Rawamangun (jaman doeloe)
Share
Dear all,
Ini sepotong cerita saat pulang kuliah dan hari hari yang kami lalui selama kuliah di FIS UI, Rawamangun.
Tak maksud berbangga sih, hanya membandingkan bagaimana kita mengakses fasilitas umum sekitar kampus saat itu. Sederhana saja. Silahkan dan terima kasih.

Salam,
Ida



Window shopping di terminal.
Terminal bis kota ini tak jauh dari kampus UI di Rawamangun. Bis dari berbagai jurusan ada disini.
Dari depan asrama mahasiswa UI Daksinapati, Rawamangun kita bisa cegat bis atau beca untuk ke terminal. Dekat terminal ada pasar, toko2 electronik, rumah makan, salon, apotik, toko fotocopy dan mini market ‘Terminal’

Aku, Tina dan Linda punya kenangan lucu di mini market Terminal. Kami ke terminal ini selalu sore, karena pagi biasanya dianterin kalo ke kampus. Pulang, pakai public transport, bis.

Sepulang kuliah, kita biasa kesini dulu sebelum naik bis. Kami naik bis yang sama, tapi aku turun duluan di daerah Halim, Bypass sebelum bis menuju ke arah Pancoran. Tina turun di jalan Gatot Subroto, Linda ke Blok M sendirian.

Di mini market, kita suka dengerin kaset lama2, pilih2 accessories, coba-coba cincin, gelang, jepit rambut, .tanya-tanya bedak, lipstick, maskara. Kami bertiga pernah beli cincin dengan model yang sama dan bareng pakai ke kuliah. Murah meriah! Kadang beli kadang tidak sama sekali. Kalo di inget inget, lebih sering nggak beli sih. Yang paling sering kita beli ya minuman lah. Haus, sudah sore pula.

Jerawatan!
“Da, Tin, abis kuliah ini kita ke Terminal dulu yuuk” ajak Linda suatu hari. Itu artinya, kita mau liat2 di mini market tadi. Belum ditanya mau beli apa Linda udah jelasin. “Gue mau beli obat jerawat” kata Linda mantap, bisik2 ke gue. Itu pas kuliah Pak Budyatna, Teori Komunikasi 1, sessi siang.

Wah,... gue jadi semangat. ”Ayo, obat apaan? Gue mau juga ah!” sambut gue. Kasus gue dan Linda kan sama, muka kite jerawatan! Linda masih mending, cantik. Lha gue??? Nggak cantik, jerawatan pula! Maka , diajak cari obat jerawat, gue semangat banget!

Singkat kata, kita langsung ke bagian kosmetik! Linda langsung tanya ke pramuniaga. ” Mbak, mbak, ada Yeastafort nggak?”

Sang pramuniga bengong! Nggak tahu rupanya dia. Linda lalu jelasin, ”Itu obat jerawat Mbak, seperti salep, tubenya dikotakin, warnanya kuning putih” kata dia rinci banget. Si Mbak mendengarkan dengan takzim, tapi akhirnya dia tetap menggelengkan kepalanya. Nggak ada jual itu. Speechless!

Tina dan gue nunggu aja disamping Linda. Kita berdua emang belum pernah liat itu barang yang namanya Yeastafort. Tina keliatannya minat juga.
”Sayang, nggak ada Da. Kita musti beli di apotik kali ya?” keluh Linda. Meski kecewa, tapi dia tetap semangat ngasih saran ke gue. Gue juga semangat dan sudah terpengaruh dia, demi menghilangkan jerawat yang nyebelin banget! Mungkin, gara gara jerawat ini gue nggak punya pacar!
”Obatnya bagus banget Da” kata Linda, ”Cepet nyembuhin. Formulanya ada unsur yeast, itu kaya ragi roti atau ragi yang ada di tape! Bikin jerawat kabur! Makanya Da, sering sering makan tape” kata Linda promosi. ”Makanya gue seneng sekali ama tape Da” kata Linda melanjutkan, seakan menjelaskan mengapa kalo pesen es di Taman Sastra dia selalu pilih es tape.
” Wah, itu mah enak banget, gue suka tape Lin” sambut gue berterima kasih. Gue menerima saran Linda, seakan dia Dewi Kwan Im gitu, lagi turun ke bumi membisikkan wangsit rahasia kecantikkannya. Soal jerawat, tentu saja. Berharap pipi gue nantinya selicin boneka porselen Cina! Ha..ha...he geblek banget! Tapi... sejak itu, gara-gara Linda, gue emang makin seneng tape sih.

Nah... penjelasan sepanjang itu dia sampaikan dihadapan si Mbak pramuniaga lho! Si Mbak dengerin aja, mungkin dia juga curi ilmunya Linda!

Singkat cerita, besoknya pas sebelum kuliahnya , Pak Alwi Dahlan, kalo nggak salah , gue dan Linda sama-sama pamerin obat jerawat kita, Yeastafort! Laksdewi tertarik, Tina liat2 kotaknya. Bonita ama Susy baca lembar etiketnya. Beredar deh itu obat. Kita berdua kaya Detailman, itu para wakil pabrik obat yang mendatangi pedagang besar obat atau dokter! Menjelaskan ke teman-teman Kommas. Padahal gue baru pake satu kali, tadi malem. Belum tentu berhasil.

Makanya waktu Linda pulang dari Amrik, gue rada heran, mukanya mulus. Pasti bukan gara-gara Yeastafort lah. Pasti ’penyembuh’ yang lain. Misalnya tenang, udah nggak dikejar-kejar skripsi, paper dan ujian. Gue denger sih ada love story juga disana yaa. Pantes nggak perlu Yeastafort

Kalo kumpul-kumpul, aku, Tina dan Linda selalu ketawa pas ingat terminal Rawamangun. Banyak kenangan disana buat kita.

Depok, Nov 12, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar