Pundut (bhs Banjar -Kalimantan, kata kerja artinya bungkus). Untuk membawa barang berbagai bentuk, sejak dulu dikenal dengan cara dipundut/ dibungkus. Pembungkus atau Pundutan (kata benda dari pundut) yang banyak dikenal tentunya adalah daun, lalu kertas. Biasanya untuk membungkus makanan seperti kue atau lauk.
Ada lagi pundutan untuk membawa barang, biasanya berupa kain berbentuk persegi. Jika bernetung kantong seperti karung, sebutannya kadut. Kini kebiasaan membawa barang dengan dipundut kain agak menghilang, karena serbuan plastik kantong. Murah, praktis dan tak perlu dicuci, buang saja.
Bedakah pundutan dengan kain lap atau serbet.
Beda dong. Pundutan, sebatas untuk membungkus, biasanya kainnya lebih bagus dan kuat.
Lap biasanya untuk membersihkan sesuatu yang mengotori, seperti lantai, kaca jendela dll. Umumnya terbuat dari bahan kurang bagus, yang penting menyerap air/cairan lebih banyak.
Serbet, setahu saya digunakan untuk mengeringkan sesuatu bagian tubuh, seperti tangan, bibir karena noda makanan atau basah. Tidak seharusnya untuk lap wajah. Serbet kadang juga digunakan untuk mengeringkan peralatan makan/memasak atau untuk mengeringkan kulit buah, spt tomat, aple, jeruk dll.
Dalam masyarakat di Kalimantan maupun yang merantau ke luar pulau, tradisi ini masih ada, kebiasaan memundut barang ini dengan kain, terutama untuk menghantarkan makanan matang, atau juga barang hadiah lainnya. Hanya saja sudah tak banyak lagi. Mungkin merasa lebih repot, krn pundutan musti dicuci, kalo plastik kan tinggal buang saja.
Beda dong. Pundutan, sebatas untuk membungkus, biasanya kainnya lebih bagus dan kuat.
Lap biasanya untuk membersihkan sesuatu yang mengotori, seperti lantai, kaca jendela dll. Umumnya terbuat dari bahan kurang bagus, yang penting menyerap air/cairan lebih banyak.
Serbet, setahu saya digunakan untuk mengeringkan sesuatu bagian tubuh, seperti tangan, bibir karena noda makanan atau basah. Tidak seharusnya untuk lap wajah. Serbet kadang juga digunakan untuk mengeringkan peralatan makan/memasak atau untuk mengeringkan kulit buah, spt tomat, aple, jeruk dll.
Dalam masyarakat di Kalimantan maupun yang merantau ke luar pulau, tradisi ini masih ada, kebiasaan memundut barang ini dengan kain, terutama untuk menghantarkan makanan matang, atau juga barang hadiah lainnya. Hanya saja sudah tak banyak lagi. Mungkin merasa lebih repot, krn pundutan musti dicuci, kalo plastik kan tinggal buang saja.
Seandainya 'dibangkitkan kembali kebiasaan memundut ini" bisakah mengurangi penggunaan plastik? Kain pundutan itu bisa dicuci dan bisa dipakai berulang. Cara bikinnya juga mudah sekali, kain apa saja bisa. Mengapa kita tak memulainya lagi?
Maka tak salah kalo aku bilang Pundutan sama dengan Furoshiki di Jepang dan Bojagi di Korea. Kita tak meniiru mereka kok. itu ada dalam budaya kita juga.Pasti di daerah lain di Indonesia juga ada.
Bukan kah kita juga punya 'budaya' baik yg bisa sedikit ' menjaga bumi' dengan mengurangi pemakaian kantong plastik dan menjadikan tumpukkan sampah yg baru hancur lumat sekian ratus tahun..
Bawa bekal ke tempat kerja, bungkus dgn kain kotak makan. Cantik daripada pakai plastik. |
Bungkus barang lain spt buku, CD, hadiah, dll. Cantik kok, apalagi jika pundutan dibuat dua lapis. Warna berbneda, polos dan bermotif. |
Cara memundut: Tebarkan pundutan, letakkan barang yg akan dibungkus di tengah |
Tutupi barang dengan bagian sudut pundutan secara berlawanan |
Untuk memperindah, balikkan kain sehingga warna bagian dalam terlihat. |
Tarik bagian unjung pundutan ke tengah, silangkan untuk mengikat.
|
Membungkus kotak kueulang tahun dengan pundutan kain |
Membungkus kotak kueulang tahun dengan pundutan kain |
Membungkus buku, yasin atau hadiah dengan pundutan kain |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar